Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diminta Arab Saudi, Pentagon Bakal Kirim Pasukan Bantuan ke Wilayah Teluk

Kompas.com - 21/09/2019, 13:27 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON, KOMPAS.com - Amerika Serikat bakal mengirimkan pasukan bala bantuan ke wilayah Teluk atas permintaan dari Arab Saudi dan juga Uni Emirat Arab.

Keputusan untuk mengirimkan pasukan tersebut datang setelah terjadinya insiden serangan terhadap dua fasilitas kilang minyak milik Aramco di Arab Saudi, pada akhir pekan lalu.

Baik Amerika Serikat maupun Saudi menuding Iran berada di belakang aksi serangan yang menyebabkan terganggunya pasokan minyak dunia itu, meski kelompok gerilyawan Yaman, Houthi telah mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab.

Disampaikan Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, pengiriman pasukan juga sebagai langkah antisipasi terjadinya eskalasi lebih lanjut di kawasan Teluk, di mana Iran sempat menembak jatuh pesawat drone mata-mata AS dan menahan sebuah kapal tanker berbendera Inggris.

"Demi mencegah eskalasi lebih lanjut, Arab Saudi meminta dukungan internasional untuk membantu melindungi infrastruktur penting milik kerajaan. Uni Emirat Arab juga telah meminta bantuan," kata kepala Pentagon, Jumat (20/9/2019).

Baca juga: Tanggapi Serangan ke Pabrik Minyak Saudi, Pentagon Buat Daftar Target Iran ke Trump

"Menanggapi permintaan kerajaan, presiden telah menyetujui penempatan pasukan AS yang akan bersifat defensif (bertahan), dan terutama berfokus pada pertahanan udara dan rudal," tambah Esper.

Sementara ditambahkan kepala staf gabungan Joe Dunford, penempatan pasukan bala bantuan AS kali ini akan lebih bersifat moderat.

Pentagon juga tidak merinci besarnya kekuatan pasukan yang akan dikirim AS ke Teluk, baik dari jenis peralatan maupun jumlah pasukan. Namun disebutkan bahwa jumlah pasukan yang dikirim kurang dari ribuan.

Sebelumnya pekan lalu, serangan drone dan rudal telah menghancurkan dua fasilitas kilang minyak milik perusahaan Aramco di Arab Saudi, pada Sabtu (14/9/2019) dini hari.

Baca juga: Kilang Minyaknya Diserang, Koalisi Arab Saudi Lancarkan Operasi Militer ke Yaman

Kelompok Houthi di Yaman telah mengklaim serangan tersebut dengan menyebutnya sebagai balasan atas Arab Saudi yang telah terlibat dalam peperangan di negaranya sejak 2015.

Namun Washington dan Riyadh menolak klaim tersebut dan meyakini bahwa Teheran turun berperan dalam serangan terhadap kilang minyak Aramco itu.

Presiden AS Donald Trump sebelumnya juga telah menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran, terkait dengan serangan di Arab Saudi.

Melalui Departemen Keuangan, pemerintahan Trump menjatuhkan sanksi terhadap bank sentral Iran, yang disebut terberat yang pernah dijatuhkan AS kepada suatu negara.

Trump juga mengindikasikan bahwa pihaknya tidak berencana melancarkan operasi militer terhadap Iran sebagai tanggapan atas serangan terhadap kilang minyak Saudi.

Baca juga: Kilang Minyaknya Diserang, Arab Saudi Bangga dengan Sistem Pertahanannya

"Hal termudah yang bisa saya lakukan adalah menghancurkan 15 hal utama yang berbeda di Iran. Saya bisa melakukannya tepat di sini, di depan Anda."

"Dan itu saja. Maka kemudian Anda akan memiliki cerita besar yang bagus untuk dilaporkan," kata Trump yang ditujukan kepada para wartawan.

"Tetapi saya berpikir dengan pendekatan orang kuat dan hal yang menunjukkan kekuatan adalah dengan memperlihatkan sedikit pengendalian diri," lanjutnya.

Sementara Iran menanggapi langkah sanksi terbaru AS sebagai tanda bahwa Washington sudah kehabisan pilihan.

"Pemerintah AS yang kembali menjatuhkan sanksi kepada bank sentral menunjukkan bahwa mereka sudah kehabisan opsi dalam menemukan pengaruh terhadap Iran," kata gubernur bank sentral Iran, Abdolnaser Hemmati, seperti dikutip kantor berita negara, IRNA.

Baca juga: Serangan di Pabrik Minyak Saudi Aramco, Begini Solusi dari AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com