Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Insiden Penembakan Terjadi dalam Sehari di Washington, 2 Orang Tewas dan 7 Luka-luka

Kompas.com - 20/09/2019, 20:43 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON, KOMPAS.com - Dua insiden penembakan terjadi di AS dalam satu hari dan menewaskan dua orang, serta melukai tujuh lainnya, pada Kamis (19/9/2019).

Kedua insiden penembakan tersebut terjadi di negara bagian Washington DC, dengan pihak kepolisian, Jumat (20/9/2019), masih memburu sepasang tersangka pelaku pada salah satu kasus penembakan yang diduga memiliki senjata senapan serbu.

Dilansir Reuters, aksi penembakan pertama terjadi di Columbia Heights, saat sebuah kendaraan tiba-tiba mendekati halaman gedung apartemen dan dua orang di dalamnya mulai melepaskan tembakan ke arah orang-orang.

Satu orang dilaporkan terbunuh dalam aksi penembakan tersebut, sementara lima orang lainnya luka-luka, dengan dua di antaranya dalam kondisi kritis, demikian kata komandan Polisi Metropolitan, Stuart Emerman.

Baca juga: Rencanakan Penembakan Massal, Seorang Koki Hotel Ditahan Polisi

"Dua tersangka yang terlihat berada di dalam sebuah mobil sedan Nissan melakukan aksi penembakan dengan menggunakan apa yang tampak seperti senapan gaya AK," tulis pernyataan kepolisian.

"Petugas detektif kini sedang mewawancarai saksi dan mencari rekaman kamera pengawas," kata Emerman.

Sekitar satu setengah jam setelah insiden pertama, terjadi penembakan kedua, di bagian timur laut kota itu.

Tiga orang terkena tembakan dengan satu orang dilaporkan meninggal, menurut media afiliasi NBC di Washington.

Baca juga: Tampilkan Video Penembakan Christchurch, 8 Situs Diblokir Pemerintah Australia

Dilaporkan NBC, yang mengutip pernyataan kepolisian, indikasi awal tidak menunjukkan adanya keterkaitan dalam dua insiden penembakan.

Sementara Kepolisian Washington DC, melalui akun Twitter miliknya, mengonfirmasi insiden penembakan kedua, yang terjadi di blok 1400 Rhode Island Avenue, selatan lingkungan Brookland. Polisi tidak memberi rincian lebih lanjut.

Stasiun berafiliasi ABC, WJLA-TV, menunjukkan mobil ambulans yang membawa korban dari lokasi insiden penembakan pertama.

Dua insiden penembakan tersebut menambah panjang daftar kejadian serangan serupa yang terjadi di AS, mendorong seruan kepada pemerintah untuk bertindak.

Presiden AS Donald Trump, dalam wawancara dengan Fox News, yang disiarkan pada Kamis (19/9/2019), mengatakan bahwa dirinya sedang mencari langkah kompromi bahwa Partai Demokrat dan Republik di AS dapat mendukung kebijakan kontrol senjata, tetapi tidak memberi rincian.

Baca juga: Insiden Penembakan Marak di AS, Penjualan Ransel Anti-Peluru Meroket

Dewan Perwakilan Rakyat AS yang dikuasai Demokrat telah melalui sejumlah inisiatif senjata, termasuk pemeriksaan latar belakang yang diperluas. Namun Senat yang dipimpin Republik belum mengesahkannya sebagai undang-undang.

Kontroversi penggunaan senapan serbu telah memasuki masa kampanye pemilihan presiden 2020, dengan kandidat dan mantan perwakilan AS Bero O'Rourke menyatakan bahwa pemerintahannya akan menyita senjata jenis itu.

O'Rourke telah menjadikan isu keselamatan bersenjata sebagai inti dari kampanyenya sejak akhir Agustus, saat kota kelahirannya, El Paso, menjadi lokasi penembakan massal bermotif rasial yang menewaskan hingga 22 orang.

Sementara pada Kamis (19/9/2019), pembuat senjata tipe Colt, mengatakan bahwa mereka memutuskan untuk menangguhkan produksi senapan serbu AR-15 dan senapan lainnya untuk pasar sipil, demikian dilaporkan Associated Press.

Baca juga: Alasan Film The Hunt Batal Tayang, Penembakan Massal hingga Dikritik Donald Trump

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com