Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilang Minyaknya Diserang, Koalisi Arab Saudi Lancarkan Operasi Militer ke Yaman

Kompas.com - 20/09/2019, 16:27 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber Reuters

RIYADH, KOMPAS.com - Koalisi yang dipimpin Arab Saudi, pada Jumat (20/9/2019), melancarkan operasi militer ke kota pelabuhan di utara Yaman, terhadap "target militer yang sah".

Operasi militer tersebut dilancarkan pascaserangan terhadap dua instalasi kilang minyak Arab Saudi milik Aramco, pada akhir pekan lalu, yang menyebabkan berkurangnya produksi minyak Saudi dan mendorong melonjaknya harga minyak dunia.

Serangan koalisi Arab Saudi itu dilaporkan telah menghancurkan empat situs di Hodeidah, yang digunakan untuk merakit kapal dan ranjau laut yang dikendalikan dari jarak jauh.

Operasi militer tersebut dilancarkan bertujuan untuk membantu melindungi kebebasan navigasi maritim di kawasan itu.

Baca juga: Kilang Minyak Aramco Diserang, Pompeo: AS Ingin Resolusi Damai dengan Iran

"Situs-situs ini digunakan untuk melancarkan serangan dan operasi teroris yang mengancam jalur pelayaran dan perdagangan internasional di Selat Bab al-Mandab dan Laut Merah selatan," kata juru bicara koalisi, Kolonel Turki al-Maliki, dalam pernyataannya.

Operasi militer itu dilancarkan koalisi Saudi meski mereka telah menolak klaim kelompok Houthi di Yaman sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan terhadap fasilitas kilang minyak di Abqaiq dan Khurais, akhir pekan lalu.

Kelompok Houthi mengatakan melalui stasiun televisinya, Masirah TV, bahwa dengan melancarkan operasi militer ke Hodeidah, koalisi Saudi telah melanggar kesepakatan yang dicapai oleh PBB di Swedia.

Baca juga: Kelompok Pemberontak Houthi Klaim Serangan Drone ke Pabrik Minyak Saudi Aramco

Koalisi Arab Saudi yang didukung Barat telah melakukan intervensi di Yaman sejak Maret 2015, melawan kelompok Houthi, yang menggulingkan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional dari Sanaa pada akhir 2014.

Kesepakatan yang menyebut perjanjian gencatan senjata dan pemindahan pasukan dari kota Hoeidah itu telah dicapai tahun lalu melalui pembicaraan damai di Swedia.

Perjanjian tersebut sebagai langkah membangun kepercayaan untuk membuka jalan bagi pembicaraan mengakhiri perang, yang telah terhenti selama berbulan-bulan sebelum penarikan Houthi dari tiga pelabuhan di Laut Merah.

Maliki menambahkan bahwa Houthi menggunakan Hodeidah untuk "meluncurkan rudal balistik, pesawat tak berawak, kapal dan jebakan kendali jarak jauh, serta penyebaran ranjau laut".

Baca juga: Kilang Minyak Saudi Aramco Diserang Drone, Presiden Iran: Rakyat Yaman Hanya Melawan

Koalisi telah meminta warga sipil untuk menjauh dari lokasi yang ditargetkan dan menegaskan bahwa operasi militer dilakukan dengan cara yang mengikuti hukum kemanusiaan internasional dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.

"Kami sudah lupa dengan serangan dan ketakutan dan tidur dalam damai selama berbulan-bulan. Tetapi malam ini suara ledakan dan pesawat membuat kami takut saat mereka terbang melintas di langit kota," kata Mohammed Abdullah, salah seorang penduduk kepada Reuters.

Pada Kamis (19/9/2019) malam, Koalisi Arab Saudi mengatakan pihaknya telah mencegat dan menghancurkan kapal bermuatan bahan peledak yang dluncurkan dari Yaman oleh kelompok Houthi.

Kelompok Houthi telah mengancam untuk memperluas serangannya ke Arab Saudi, setelah di masa lalu menargetkan kapal-kapal di Yaman, yang terletak di satu sisi Selat Bab al-Mandeb di Laut Merah, salah satu rute kapal tanker minyak paling penting di dunia.

Baca juga: Houthi Siap Lakukan Gencatan Senjata dengan Koalisi Saudi asal...

Insiden itu terjadi ketika AS dan Arab Saudi mempertimbangkan tanggapan atas serangan terhadap fasilitas minyak Saudi, yang dituduh Washington dan Riyadh pada Iran. Tudingan itu langsung dibantah oleh Teheran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com