Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Tunjukkan 24 Persen Pekerja di Singapura Mengaku Pernah Di-bully di Tempat Kerja

Kompas.com - 18/09/2019, 07:46 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com - Sebuah survei menunjukkan bahwa dalam satu tahun terakhir, sebesar 24 persen atau hampir seperempat pekerja di Singapura mengaku pernah mengalami bullying di tempat kerja.

Data survei juga menunjukkan bahwa sebesar 32 persen karyawan di Singapura mungkin dibuat "merasa tak nyaman" oleh atasan atau bos yang mempekerjakan mereka.

Angka tersebut berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Kantar, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan data dan konsultasi.

Perusahaan tersebut mengadakan survei melalui poling karyawan di 14 negara maju di dunia dalam hal praktik keberagaman dan inklusi (D&I) di tempat kerja. Hasil survei dirilis pada Selasa (17/9/2019).

Baca juga: Akibat Kabut Asap, Kualitas Udara Singapura Sentuh Level Tak Sehat

Indeks inklusi perdana yang dikeluarkan Kantar tersebut membandingkan jawaban dari sebanyak 18.000 karyawan di 14 negara, termasuk 1.050 pekerja di Singapura, tentang pengalaman D&I mereka.

Indeks tersebut turut mencakup 24 bidang industri, termasuk kesehatan dan farmasi, pendidikan, layanan profesional seperti hukum dan akuntansi, perdagangan retail, grosir dan e-commerce, jasa keuangan, serta sektor publik.

Hasil survei tersebut juga menunjukkan bahwa banyak karyawan di Singapura yang berjuang menghadapi tekanan dalam pekerjaan.

Sebesar 44 persen karyawan di Singapura mengaku bahwa mereka dipengaruhi oleh "stres dan kecemasan" di tempat kerja. Angka tersebut di atas rata-rata global yang ada di tingkat 39 persen.

Baca juga: Perangi Kabut Asap, Singapura Bentuk Satgas dan Tawarkan Bantuan ke Indonesia

Sementara itu, Kanada menduduki peringkat teratas dalam keseluruhan indeks inklusi dalam survei Kantar. Hal tersebut didorong perwakilan gender di perusahaan-perusahaan negara itu, di mana lebih dari 40 persen peran senior ditempati perempuan.

Sekitar 65 persen atau dua pertiga karyawan di Kanada juga percaya bahwa perusahaan tempat mereka bekerja secaa aktif berusaha menjadi lebih inklusif dan beragam.

Kendati demikian, masih ada seperlima dari pekerja di Kanada yang mengaku pernah mengalami intimidasi dan bullying di tempat kerja mereka dalam setahun terakhir.

Menyusul Kanada dalam indeks inklusi dan keragaman versi Kantar adalah Amerika Serikat, yang memiliki perwakilan gender yang setara dan 30 persen perwakilan dalam hal etnis dalam kepemimpinan senior perusahaan.

Baca juga: Saingi Indonesia, Singapura Bakal Jadi Calon Destinasi Halal Favorit di Asia

Sekitar enam dari 10 pekerja di AS juga percaya bahwa perusahaan yang mempekerjakan mereka secara aktif berusaha menjadi lebih inklusif dan beragam, meskipun masih ada 17 persen yang mengaku mereka diintimidasi di tempat kerja.

"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjadikan tempat kerja lebih inklusif, beragam, dan setara, terutama seputar masalah intimidasi, yang masih bertahan pada level tinggi di seluruh dunia," ujar Mandy Rico, direktur global dari Indeks Inklusi Kantar, dikutip The Straits Times.

Pencantuman indeks inklusi Kantar dan layanan konsultasi manajemen perubahan memungkinkan perusahaan untuk secara konsisten mengukur, menganalisis, dan bertindak untuk mengubah budaya bisnis mereka.

Baca juga: Singapura Peringatkan Warganya yang Hendak Mengikuti Tur ke Korea Utara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com