Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdana Menteri Pakistan Sebut PM India Narendra Modi seperti Pria Pengecut

Kompas.com - 13/09/2019, 22:39 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

KASHMIR, KOMPAS.com - Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menyebut timpalannya dari India, Narendra Modi, seperti seorang pria pengecut.

Pernyataan Khan tersebut berkaitan dengan tindakan pemerintah India, pada 5 Agustus lalu yang menghapus status otonomi khusus wilayah Kashmir yang diduduki.

Khan juga menjanjikan bakal membawa masalah Kashmir India tersebut dalam sesi Majelis Umum PBB pada pekan depan.

"Saat Anda menyampaikan pesan kepada 200 juta umat Muslim India bahwa India hanya untuk umat Hindu, Anda akan mendorong mereka untuk berbuat kekerasan," ujar Khan.

Baca juga: Di Hadapan PBB, Pakistan Peringatkan Ancaman Genosida di Kashmir

"Saya terutama ingin menyampaikan pesan dari sini kepada Anda, Narendra Modi, bahwa hanya seorang pria pengecut yang akan menekan rakyat."

"Seperti yang dilakukan India di Kashmir," kata Khan di hadapan ribuan pendukungnya, dalam agenda rapat umum di wilayah Kashmir yang dikontrol Pakistan, Jumat (13/9/2019).

"Saya akan menghadiri Sidang Umum PBB minggu depan dan tidak akan mengecewakan rakyat Kashmir."

" Saya akan mengambil sikap yang tidak pernah dilakukan siapa pun sebelumnya di sana," lanjutnya.

Baca juga: PM Pakistan Tuding India Rencanakan Aksi Militer ke Wilayah Kashmir

Khan, dalam kesempatan orasi di wilayah Kashmir yang disengketakan, menegaskan bahwa Pakistan tidak berniat perang dengan India, namun dia mengatakan bahwa Islamabad bakal menanggapi setiap tindakan permusuhan terhadap negaranya.

Pakistan, yang bertetangga dengan India, telah terlibat tiga kali peperangan dengan negara rivalnya itu sejak merdeka pada 1947. Dua dari tiga perang itu pecah karena perebutan wilayah Kashmir, yang kini masing-masing menguasai sebagian wilayah tersebut.

Situasi di wilayah Kashmir yang dikuasai India telah bergejolak sejak awal Agustus lalu, menyusul keputusan pemerintah New Delhi untuk menghapus status otonomi khusus kawasan itu dan menjadikannya sama dengan negara bagian India lainnya.

Otoritas India telah memberlakukan penguncian, memutus layanan komunikasi termasuk internet, dan memberlakukan jam malam di kawasan Kashmir untuk mencegah aksi kekerasan oleh penduduk setempat.

Baca juga: India Peringatkan Pakistan, Masalah Kashmir adalah Urusan Dalam Negeri

Ribuan orang diyakini telah ditangkap dalam beberapa pekan terakhir oleh otoritas berwenang India, sementara pasukan tambahan telah dikerahkan untuk memperkuat 500.000 tentara yang sudah lebih dulu ditempatkan di Kashmir.

Tindakan keras yang dilakukan otoritas India juga telah menyebarkan ketakutan di kalangan warga Kashmir di Pakistan terhadap nasib kerabatnya di wilayah yang dikuasai India.

Awal pekan ini, warga Kashmir Pakistan yang berkesempatan mengunjungi keluarga mereka di wilayah yang dikuasai India ketika penguncian diberlakukan, mengaku sempat terdampar dan terperangkap di Delhi selama berminggu-minggu sebelum akhirnya diizinkan pulang.

Baca juga: Pakistan Tegaskan Tidak Akan Meluncurkan Nuklir Terlebih Dahulu

Mereka ragu meninggalkan kerabatnya untuk menghadapi masa depan yang tak pasti di bawah pemerintahan India.

"Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya.. Ada keputusasaan di antara penduduk," kata Muhammad Sadiq, yang pergi ke Kashmir India untuk melayat kematian saudaranya.

"Kerabat kami marah.. Mereka percaya bahwa pemerintah India menjadi anti-Muslim dan ingin menjadi negara Hindu," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com