Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BJ Habibie dan Jasa Mendiang Kanselir Jerman dalam Proses Demokrasi Indonesia

Kompas.com - 12/09/2019, 10:40 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - BJ Habibie dan Jerman. Dua kata itu tidak bisa dipisahkan jika membicarakan sosok presiden ketiga Indonesia yang berkuasa pada 1998 hingga 1999 itu.

Selepas menamatkan pendidikan di ITB, Habibie sedianya ingin memperdalam ilmu dalam studi penerbangan dan aeronautika di Universitas Teknologi Delft, Belanda.

Namun karena alasan politik, dia berpindah ke Aachen, Jerman, di mana dia memutuskan belajar di Universitas Aachen RWTH hingga mendapatkan gelar insinyur.

Baca juga: BJ Habibie dan Celotehan Titik Merah Kecil yang Malah Bikin Singapura Bangga

Di Jerman, BJ Habibie tidak hanya mempelajari soal ilmu penerbangan. Tetapi juga politik. Salah satunya adalah kedekatan dengan mendiang Kanseiir Helmut Schmidt.

Ketika Schmidt meninggal pada 10 November 2015, Habibie mengatakan jika tak berkawan dengan tokoh sosial demokratik itu, mungkin tidak ada demokratik model Barat di Indonesia.

"Helmut Schmidt bapak intelektual saya," kata Habibie kepada media Jerman seusai menghadiri upacara penghormatan pada 2015, seperti dikutip Deutsche Welle Rabu (11/9/2019).

Presiden ketiga Indonesia yang meninggal pada Rabu petang itu menuturkan, dari Schmidt dia bisa belajar menyelesaikan masalah politik, namun juga realistis.

Habibie mengungkapkan Schmidt menjadi pijakan bagi kebijakannya ketika memasang pondasi demokrasi, antara lain dengan UU Kebebasan Pers dan UU Pemilu yang baru.

Pada 1999, untuk pertama kalinya Indonesia bisa melangsungkan pemilu secara demokratis, dengan diikuti 49 partai politik. Selain itu, dia juga membebaskan para tahanan politik di masa pendahulunya, Soeharto.

BJ Habibie sempat menyatakan, kanselir yang menjabat pada 1974-1982 itu adalah negarawan besar yang sering memberikannya nasihat dalam pengembangan demokrasi Tanah Air.

Dia menuturkan sejarah Indonesia mungkin bisa berjalan lain jika saja Helmut Schmidt tidak menanamkan nilai-nilai politik dan demokrasi kepada dirinya.

"Proses demokratisasi Indonesia juga berkat Helmut Schmidt. Saya bukan ilmuwan politik. Dari dia saya belajar tentang budaya politik di Jerman," terangnya.

Habibie kemudian menerangkan dia sempat mempunyai mimpi yang dia rajut bersama Schmidt. Yakni membangun jembatan yang menghubungkan antara Eropa dengan Asia Tenggara.

Kedekatan Jerman dan BJ Habibie sangatlah kental. Pada 1960-an, dia membantu dalam proses pengembangan beberapa tipe pesawat seperti Hansajet HFB 320.

Kemudian dia meniti karir dengan cepat di MBB, perusahaan dirgantara yang nantinya menjadi cikal bakal raksasa Airbus, sebelum kembali ke Indonesia.

Baca juga: Komentar BJ Habibie soal Little Red Dot Bikin Singapura Angkat Bicara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com