Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Luncurkan Reaktor Nuklir Terapung Pertama di Dunia ke Kutub Utara

Kompas.com - 23/08/2019, 11:44 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Pemerintah Rusia dikabarkan bakal meluncurkan reaktor nuklir terapung pertama di dunia dan menempatkannya di Kutub Utara, pada Jumat (23/8/2019).

Moskwa tidak mengindahkan peringatan dari para pencinta lingkungan akan risiko yang dapat ditimbulkan oleh reaktor nuklir tersebut terhadap kawasan Arktik.

Dilansir AFP, reaktor Akademik Lomonosov yang penuh dengan bahan bakar nuklir itu akan diberangkatkan dari pelabuhan Kutub Utara di Murmansk dan akan memulai pelayaran sejauh 5.000 kilometer menuju timur laut Siberia.

Badan nuklir Rusia, Rosatom, mengatakan bahwa reaktor tersebut merupakan alternatif yang lebih sederhana dibandingkan membangun reaktor di daratan yang harus dibekukan sepanjang tahun.

Moskwa bahkan telah merencanakan untuk menjual reaktor serupa ke luar negeri.

Reaktor terapung itu diperkirakan akan melakukan perjalanan selama empat hingga enam minggu, tergantung kondisi cuaca dan es di jalur pelayaran, sebelum tiba di lokasi tujuan.

Proyek reaktor nuklir terapung pertama dengan tinggi 144 meter itu telah mulai dikerjakan pada 2006 silam di Saint Petersburg.

Saat tiba di lokasi penempatan, di Pevek, sebuah kota berpenduduk 5.000 orang di wilayah Siberia Chukoktka, reaktor nuklir itu akan menggantikan pembangkit nuklir lokal dan sebuah pabrik batubara tertutup.

Reaktor tersebut dijadwalkan sudah mulai beroperasi pada akhir tahun ini dan akan memasok daya untuk platform minyak di kawasan itu, yang dibangun saat Rusia mengembangkan eksploitasi hidrokarbon di Arktik.

Meski disebut-sebut bakal menjadi alternatif sumber energi, namun kelompok-kelompok peduli lingkungan telah lama memperingatkan pemerintah Rusia akan risiko bahaya dari proyel itu, yang mereka juluki dengan "Chernobyl di atas es" atau "Titanic nuklir".

Kekhawatiran akan terjadinya hal-hal yang tak diinginkan dalam proyek reaktor terapung itu semakin meningkat, setelah beberapa waktu lalu terjadi ledakan di situs uji coba militer di utara Rusia, yang menimbulkan lonjakan radioaktif dan menewaskan lima orang.

Kepala sektor energi Greenpeace Rusia, Rashid Alimov, mengatakan kelompok lingkungan hidup telah mengkritik gagasan reaktor nuklir terapung itu sejak 1990-an.

"Setiap pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan limbah radioaktif dan dapat mengalami kecelakaan, selain itu Akademik Lomonosov juga rentan terhadap badai," katanya kepada AFP.

"Selama perjalanan pelayaran dengan ditarik kapal lain juga membuat risiko benturan saat terjebak badai semakin besar," tambahnya.

Di samping itu, ditambahkan Alimov, rencana Rosatom untuk menyimpan bahan bakar bekas di atas kapal juga menambah dampak risiko yang ditimbulkan jika terjadi insiden yang melibatkan bahan bakar tersebut, terutama terhadap lingkungan Arktik yang rapuh.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com