Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa NATO Takut jika Perjanjian Nuklir antara AS dan Rusia Runtuh?

Kompas.com - 03/08/2019, 13:48 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

BRUSSELS, KOMPAS.com - Organisasi Kerja Sama Atlantik Utara (NATO) yang mayoritas dihuni negara Eropa khawatir dengan runtuhnya perjanjian nuklir AS dan Rusia.

Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF) yang diteken pada 1987 kolaps setelah AS menuding Rusia menempatkan rudal penjelajah yang dianggap pelanggaran.

Baca juga: AS Resmi Tinggalkan Pakta Nuklir Era Perang Dingin dengan Rusia

Sebabnya sesuai dengan INF, baik AS maupun Rusia dilarang untuk memproduksi rudal balistik, baik nuklir maupun konvensional, yang bisa melaju 500-5.500 km.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pihaknya bakal menanggapi dengan terukur dan bertanggung jawab untuk mencegah risiko dari adanya rudal 9M729 Rusia.

Namun sebagaimana diberitakan BBC Jumat (2/8/2019), Stoltenberg mengaku dia tidak ingin adanya perlombaan senjata baru, atau keputusan menempatkan rudal nuklir di Eropa.

Dalam wawancara Juli lalu, Stoltenberg menjelaskan kekhawatiran jika Rusia sampai mengembangkan senjata baru dengan merujuk kepada rudal 9M729 yang dipermasalahkan.

Dia menuturkan bahwa rudal itu selain bisa dimasukkan hulu ledak nuklir, keberadaannya sulit terdeteksi, dan mampu menjangkau kota utama Eropa dalam hitungan menit.

"Ini sangat serius. INF selama ini menjadi batu penjuru dalam mencegah perlombaan senjata selama bertahun-tahun. Kini perjanjian nuklir itu runtuh," keluhnya.

Selain Stoltenberg, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga memperingatkan bahwa INF yang disebut sebagai "rem berharga dalam mencegah perang nuklir" sudah hilang.

Dia kemudian menyerukan agar AS dan Rusia mencari kesepakatan baru dalam mencari solusi terkait pengendalian senjata. "(Kolapsnya) INF malah memperkuat, bukan mengurangi, ancaman rudal balistik," katanya.

Analis kemudian membeberkan ketakutan bahwa runtuhnya perjanjian bersejarah itu bisa membawa kepada perlombaan senjata tak hanya AS dan Rusia. Namun juga China.

Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia menginginkan adanya pembaruan dalam kesepakatan INF haruslah mencakup China, dan sempat mengklaim dua negara "tertarik" dengan usulnya.

"Kini setelah perjanjian itu berakhir, kami akan melihat perkembangan dan penempatan senjata baru," kata pakar militer Rusia, Pavel Felgenhauer.

"Jika kondisi itu terjadi, maka Rusia jauh lebih siap," lanjut Felgenhauer kepada AFP.

Baca juga: Mengenal INF, Perjanjian yang Bertujuan Mengurangi Nuklir AS dan Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com