Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabar Anak Osama bin Laden yang Tewas Tak Akan Mengganggu Al Qaeda

Kompas.com - 02/08/2019, 08:48 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kabar mengenai anak Osama bin Laden, Hamza bin Laden, yang tewas diyakini tidak akan berdampak kepada kelompok Al Qaeda.

Meski Hamza disiapkan menjadi pengganti ayahnya, pakar terorisme menyebut Al Qaeda bakal utuh di bawah kepemimpinan Ayman al-Zawahiri dan melanjutkan rencana kembalinya.

Simpang siurnya kematian anak Osama bin Laden itu awalnya dipublikasikan oleh dua media terkemuka AS, NBC News dan The New York Times, yang mengutip sumber internal pemerintahan.

Baca juga: Wajah Dewasa Hamza bin Laden, Pewaris Al-Qaeda, Terungkap

Dilansir AFP Kamis (1/8/2019), meski kematian Hamza bin Laden itu masih misterius, berdasarkan laporan sumber itu dia ditengarai tewas dua tahun terakhir.

The Times memberitakan anak ke-15 Bin Laden itu tewas dalam serangan udara. Namun tak dijelaskan kapan dan di mana, ataukah AS terlibat di dalamnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Hamza diduga berada di Afghanistan. Namun kabar tewasnya Hamza itu pernah dianggap kesalahan lebih dari satu kali.

Pada Februari lalu, Kementerian Luar Negeri AS mengumumkan hadiah sebesar 1 juta dollar, atau sekitar Rp 14,1 miliar, bagi siapa pun yang tahu keberadaannya.

"Saat ini, yang saya cari adalah pernyataan dari Al Qaeda. Sangat jarang Al Qaeda tidak memuji pemimpinnya," ungkap Katherine Zimmerman, pakar teroris dari American Enterprise Institute.

Hamza yang diyakini berusia 30-an mulai dianggap sebagai penerus ayahnya pada 2000. Dia terlihat dalam video latihan anggota Al Qaeda di Afghanistan.

Dia dikirim ke Iran demi memastikan keselamatannya setelah peristiwa 11 September 2001 (9/11) yang mengguncang AS, dan dibimbing oleh petinggi kelompok itu, Saif al-Adel.

Dalam surat yang ditemukan di Abbottabad, Pakistan, setelah Bin Laden tewas diserang pasukan elite AS, terungkap Hamza sudah ditunggu dengan tugas kepemimpinan.

Hamza kemudian muncul pada 2015 dengan serangkaian video selama dua tahun berikutnya dengan seruan supaya anggotanya mempersiapkan diri menyerang negara Barat.

Menurut Zimmerman, Hamza menjadi bagian dari suara pemimpin senior. "Dia berbicara tentang jihad global dan apa yang harus dilakukan Muslim untuk mendukungnya," ucapnya.

Belum ada bukti yang menyatakan dia sudah membuktikan dirinya sebagai pemimpin pesan Al Qaeda yang menyasar anggota muda dan bersaing dengan ISIS.

Baca juga: [POPULER INTERNASIONAL] Anak Osama bin Laden Tewas | Gadis Nekat Lompat dari Ketinggian 1.000 Meter

Pakar Al Qaeda dari Haverford College di Pennsylvania Barak Mendelsohn berujar, kelompok itu hanya menempatkan Hamza sebagai pusat hanya demi propaganda.

"Namun tidak dijelaskan apakah dia juga mengemban tugas operasional sehari-hari," papar Mendelsohn. Dia yakin Hamza memang dipersiapkan sejak usia muda.

Sementara pakar kontra-terorisme dari Council of Foreign Relations Bruce Hoffman menjelaskan jika Hamza benar-benar tewas, Al Qaeda tidak akan terpengaruh.

Sebab di bawah kendali Zawahiri, pelan namun pasti organisasi itu mengembangkan jaringan ke timur Asia hingga barat Afrika. Mengisi kekosongan yang ditinggalkan ISIS.

Hoffman mengatakan, Al Qaeda bisa tetap eksis meski Bin Laden tewas. "Karena itu, saya rasa mereka tidak akan guncang karena kematian Hamza bin Laden," terangnya.

Baca juga: 5 Fakta Hamza bin Laden, Anak Osama bin Laden yang Dijuluki Putra Mahkota Jihad

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com