Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyeduh Teh di Bawah Pohon Mangga, 6 Anak-anak Tewas Tersambar Petir

Kompas.com - 01/08/2019, 23:16 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

SIGUIRI, KOMPAS.com - Enam orang anak berusia antara empat dan 10 tahun dilaporkan tewas setelah tersambat petir saat membuat teh di bawah pohon mangga, Rabu (31/7/2019).

Insiden tersebut terjadi di kota Siguiri, Guinea timur laut, dekat perbatasan Mali, tak lama setelah terjadi badai sekitar pukul 19.00 waktu setempat.

Menurut saksi mata yang juga penduduk lokal, Mamadi Doumbouya, kepada AFP, ada delapan anak ditemani oleh dua ibu-ibu, yang sedang berteduh di bawah pohon mangga di belakang rumahnya.

"Saya mengundang mereka semua untuk berlindung di ruang tamu saya. Kedua ibu bergegas masuk ke dalam rumah saya, tetapi anak-anak tampaknya bertahan untuk meminum satu cangkir teh terakhir," ujarnya.

Baca juga: Tersambar Petir, 2 Jerapah di Taman Safari Florida Mati Seketika

Saat itu mendadak terdengar suara petir yang sangat keras, menyambar pohon mangga tempat anak-anak itu berteduh.

Seketika itu, Doumbouya bersama dua ibu anak-anak tersebut bergegas keluar dan melihat anak-anak sudah terbaring di tanah dan tak sadarkan diri.

Keenam anak-anak tersebut, lima perempuan dan seorang anak laki-laki berusia empa tahun dinyatakan telah meninggal saat dibawa ke rumah sakit.

Seorang dokter dari rumah sakit Siguiri mengatakan, enam anak tersebut telah meninggal saat dibawa ke rumah sakit pada sore harinya dan dua lainnya kini sedang di bawah observasi medis selama beberapa hari mendatang.

Insiden sambaran petir tersebut terjadi saat kawasan Afrika Barat yang kini tengah memasuki musim penghujan.

Baca juga: Wanita Ini Tersambar Petir Saat Menelepon di Tengah Konser Musik

Pada Sabtu (27/7/2019) pekan lalu, insiden tanah longsor menerjang sebuah pertambangan emas di daerah yang sama dan menewaskan hingga empat orang, termasuk seorang anak berusia dua tahun dan ibunya.

"Para korban bekerja di bekas tambang emas di mana penambangan dilarang karena risiko tanah longsor di tengah hujan lebat."

"Tetapi orang-orang justru pergi untuk berlindung di dalam terowongan," kata seorang pejabat Palang Merah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com