WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Iran dilaporkan melakukan uji coba rudal balistik jarak menengah yang bisa meluncur sejauh 1.000 kilometer, demikian keterangan dari sumber Pentagon AS.
Kabar yang disampaikan oleh jurnalis CNN Barbara Starr melalui kicauannya di Twitter menyebutkan rudal yang diluncurkan Iran merupakan Shabaab-3.
Baca juga: Saudi Beli Teknologi Rudal Balistik dari China
"Iran pada Rabu malam (24/7/2019) melaksanakan uji coba rudal balistik jarak menengah yang bisa meluncur sejauh 1.000 km," kata Starr dilansir Al Arabiya Jumat (26/7/2019).
Starr melanjutkan, rudal Shabaab-3 itu memang tidak memberikan ancaman terhadap jalur kapal maupun pangkalan yang dimiliki oleh Negeri "Uncle Sam".
"Namun dari laporan inteljen yang disampaikan sumber, peluncuran itu merupakan bagian dari upaya Iran meningkatkan jarak serta akurasinya," papar Starr.
Iran late Wednesday test fired a medium range ballistic missile that traveled 1,000 km. While the Shabaab-3 missile did not pose a threat to shipping or US bases, the intelligence assessment is its part of Iran’s efforts to improve the range and accuracy :US official
— Barbara Starr (@barbarastarrcnn) July 25, 2019
Kabar itu terjadi di tengah memanasnya hubungan Iran dan AS menyusul keputusan Presiden Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 dan menjatuhkan sanksi.
Relasi di antara kedua negar semakin merenggang dalam tiga bulan terakhir menyusul serangan terhadap kapal tanker maupun drone di Selat Hormuz.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyatakan kepada Bloomberg TV via Daily Mirror, dia siap untuk pergi ke Iran dan melakukan perundingan jika dibutuhkan.
"Tentu saja jika memang itu skenarionya. Saya dengan senang hati bakal melakukannya. Saya siap untuk datang dan berdialog langsung dengan rakyat Iran," tegas Pompeo.
Dari Inggris, mereka diberitakan mengirim kapal perang ke Selat Hormuz guna mengawal kapal tanker buntut klaim Iran menahan kapal tanker berbendera Inggris.
Insiden itu terjadi dua pekan setelah pasukan Marinir Inggris menyerbu kapal tanker super di perairan Gibraltar, dan menuduh kapal itu melanggar sanksi Uni Eropa.
"Angkatan Laut Kerajaan telah ditugasi menemani kapal melalui Selat Hormuz, baik individu atau kelompok, seandainya ada pemberitahuan," ujar juru bicara pemerintah.
London sebelumnya sudah memberikan imbauan kepada kapal-kapal mereka untuk menghindari Selat Hormuz dan memberi tahu angkatan laut jika memang harus lewat.
Baca juga: Pakistan Klaim Sukses Uji Coba Rudal Balistik yang Mampu Bawa Hulu Ledak Nuklir
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.