Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/07/2019, 05:44 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejarah mencatat, keajaiban sains yakni fertilisasi buatan berhasil membantu banyak pasangan yang ingin memiliki keturunan.

Tahukah Anda? Teknologi ini diterapkan pertama kali pada 1978.

Hari ini 41 tahun lalu, tepatnya 25 Juli 1978, bayi pertama hasil pembuahan in vitro atau in vitro fertilization (IVF) lahir.

Cara pembuahan ini kini lazim dikenal dengan nama bayi tabung.

Bayi perempuan bernama Louise Joy Brown itu lahir di Rumah Sakit Umum di Manchester Inggris.

Orangtuanya, Lesley dan Peter Brown, sebelumnya dinyatakan infertilitas selama bertahun-tahun karena saluran tuba yang tersumbat.

Britannica mencatat, proses pembuahan ini ditangani oleh ginekolog Inggris, Patrick Steptoe dan ilmuwan Robert Edwards.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Penerbangan Solo Pertama Mengelilingi Dunia

Proses penelitian pembuahan buatan di luar rahim membutuhkan waktu yang cukup lama.

Menurut Science News, penelitian ini dimulai pada tahun 1890. Kala itu, ilmuwan Walter Heape memindahkan telur yang telah dibuahi dari kelinci Angora ke jenis lainnya.

Percobaan itu berhasil menghasilkan kelinci lain. Setelah itu, para ilmuwan mulai bekerja pada hewan lain sebelum akhirnya beralih pada manusia.

Penelitian terakhir dilakukan oleh Steptoe dan Edwards. Satu dekade sebelum kelahiran bayi Brown, mereka telah merintis kolaborasi penelitian mengenai fertilisasi buatan.

Melansir situs Louis Joy Brown, kabar mengenai penelitian ini pun sampai ke telinga Lesley dan Peter yang berminat untuk mencoba metode pembuahan yang saat itu belum terbukti.

Pasangan itu bertemu dengan Edwards dan Steptoe pada tahun 1976. Lalu, pada November 1977, pasangan itu menjalani prosedur IVF.

Sel telur matang dikeluarkan dari salah satu indung telurnya, kemudian digabungkan dalam piring laboratorium dengan sperma untuk membentuk embrio.

Agar dapat tumbuh, embrio ini ditanamkan ke rahim Lesley beberapa hari kemudian.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com