Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Korban Pembunuhan Antarsuku di Papua Niugini Ingin Dievakuasi ke Wilayah Netral

Kompas.com - 15/07/2019, 18:30 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

PORT MORESBY, KOMPAS.com - Otoritas Papua Niugini meningkatkan keamanan untuk mencegah terjadinya peningkatan lebih lanjut atas kekerasan antarsuku yang terjadi di wilayah pedalaman negara itu.

Menurut laporan AFP, meski ada perbedaan dalam data jumlah korban yang diberikan, setidaknya 24 orang tewas akibat serangan kekerasan yang dilancarkan ke sejumlah desa pada awal bulan ini.

Perselisihan antara suku-suku di dataran tinggi negara itu telah berlangsung selama beraba-abad. Namun penemuan sejumlah mayat pada pekan lalu, yang sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak, menandai dimulainya lingkaran pembalasan yang biasanya terlarang.

Baca juga: Konflik Antarsuku Tewaskan 24 Orang di Papua Niugini, Termasuk Dua Wanita Hamil

Menteri Kepolisian Papua Niugini, Bryan Kramer mengatakan, intervensi perlu segera dilakukan di provinsi Hela, wilayah terjal di bagian barat negara itu, untuk mencegah terjadinya aksi kekerasan baru.

"Aksi pembunuhan tanpa ampun pekan lalu telah mengubah segalanya," ujar Kramer dalam unggahan di Facebook, setelah meninjau lokasi terdampak serangan.

Kramer mengatakan, konflik yang sudah berlangsung beberapa dekade antara dua suku telah meningkat, menyusul pembunuhan seorang anggota suku pada bulan Juni.

Insiden tersebut memicu terjadinya pembantaian wanita dan anak-anak yang digambarkan Kramer sebagai "pembunuhan pembalasan terburuk dalam sejarah negara itu".

"Satu peleton pasukan pertahanan dan satu regu polisi keliling telah ditempatkan di sebuah sekolah dasar setempat untuk menyediakan keamanan sepanjang waktu dan mencegah eskalasi kekerasan lebih lanjut," kata Kramer.

"Pihak berwenang juga akan menggunakan teknologi drone dan pengawasan satelit untuk melacak para pelaku yang diyakini telah melarikan diri dari daerah itu," tambahnya.

Insiden pembantaian itu turut mengejutkan Perdana Menteri James Marape, yang daerah pemilihannya termasuk distrik tempat pembunuhan itu terjadi.

Baca juga: Tentara Mulai Amankan Desa Tempat Terjadinya Konflik Antarsuku di Papua Niugini

Marape telah bersumpah untuk menemukan para pembunuh dan membawanya ke hadapan hukum, serta mengutip bahwa hukuman mati telah menjadi hukum di negara itu.

Salah satu kerabat korban pembunuhan, Alili Urr, yang kehilangan istri, seorang anak, dan sembilan anggota keluarga lainnya dalam pembunuhan itu mengatakan, dia tidak mencari balas dendam tetapi menginginkan pihak berwenang untuk mengambil tindakan.

"Saya meminta pemerintah provinsi untuk membawa kita semua ke daerah netral dan mencari tahu mengapa pembunuhan seperti ini terus terjadi?" katanya kepada surat kabar National.

"Kami, 500 penduduk desa yang tersisa, perlu dipindahkan karena kami tidak akan tinggal di sini," tambahnya, khawatir akan terjadi kekerasan lebih lanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com