Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Trump Terlalu Pintar Memulai Perang dengan Iran"

Kompas.com - 03/07/2019, 16:26 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Al Jazeera

TEHERAN, KOMPAS.com - Jika ada yang pihak yang menderita dengan sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat, itu bukanlah para pejabat Iran. Melainkan rakyatnya.

Pernyataan itu keluar dari Grand Bazaar di Teheran di mana kebanyakan rakyat Iran menderita kesulitan ekonomi buntut sanksi yang dijatuhkan sanksi.

Sanksi itu dirilis setelah Presiden Donald Trump memutuskan untuk menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 yang ditandatangani bersama negara besar lainnya.

Baca juga: Netanyahu: Iran Telah Memeras Masyarakat Internasional

Trump menyebut perjanjian itu "terburuk dalam sejarah". Namun sejauh ini, Iran masih bersikeras bahwa mereka masih mematuhi perjanjian dan tak memproduksi senjata nuklir.

Sajjad Nazary, seorang mahasiswa 23 tahun di Teheran dilansir Al Jazeera Selasa (2/7/2019) mengatakan dia tidak yakin jika negaranya bakal terlibat perang dengan AS.

"Trump terlalu pintar untuk itu (perang dengan Iran). Tentunya tidak akan mungkin baginya melukai diri sendiri," terang Nazary. Dia berkata, ancaman ekonomi itu sangat menyakitkan bagi warga.

Nahroba Alirezei, guru bahasa Inggris berusia 35 tahun berujar, seharusnya baik AS dan Iran bertemu di meja perundingan dan bersikap baik satu sama lain.

"Mereka seharusnya memikirkan rakyat Iran, komunitas Iran, maupun rakyat Amerika. Generasi muda seharusnya tidak menderita lebih dari ini," keluh Alirezei.

Sementara soal ekonomi di mana rial Iran meroket dari 32.000 menjadi 130.000 per dollar AS, penjual Mehdi Hamzeh Nia juga menyalahkan kesalahan manajemen.

Sejak Revolusi Islam 1979 silam, pemerintah Iran dilaporkan bergerak di antara krisis ekonomi yang melibatkan perencanaan dan penggelapan yang buruk.

Menurut Nia, 50 persen keterpurukan Iran terjadi karena sanksi dari AS, sedangkan sisanya faktor internal. "Meski setengahnya sudah diatasi, situasinya tak akan membaik," ujarnya.

Nia melanjutkan, dia kini kesulitan untuk membiayai keluarganya, terutama putranya yang berumur lima tahun. Dia mengaku bakal meninggalkan Iran jika situasinya tak berubah.

Sementara menurut Alirezei, tidak baik jika merespons ancaman dengan ancaman. "Yang dibutuhkan adalah upaya meredam situasi. Kita butuh perdamaian," katanya.

Baca juga: Trump: Iran Sudah Bermain-main dengan Api

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com