Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Tash Aw Menjelajahi Sisi Gelap Malaysia

Kompas.com - 25/06/2019, 14:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TASH AW adalah seorang novelis dari Malaysia dan pemenang penghargaan internasional. Dia juga merupakan penulis yang berbekal pengalaman yang dia dapatkan dari perjalanan-perjalanannya.

Dia memiliki pemahaman intuitif tentang semangat dan suasana hati di manapun dia berada. Lahir di Taipei empat puluh tujuh tahun silam, dia telah tinggal dan bekerja di berbagai belahan dunia, dari Shanghai, Singapura, Kuala Lumpur, Paris hingga London, di mana dia sekarang menetap.

Namun, penulisan Tash hanya benar-benar hidup – secara harfiah berderak dengan semangat hingga menembus kepedihan bercampur ancaman – ketika dia mengalihkan perhatiannya pada komunitas kelas pekerja keluarga besarnya di Malaysia.

“We, the Survivors” adalah cerita tentang pembunuhan. Tetapi karena kita tahu siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu sejak awal, hal ini menjadi sebuah eksplorasi konteks.

Dan ketika Tash merambah kota kecil di Malaysia, dia mengutarakan keputusasaan, kebrutalan, dan kadang-kadang, kelembutannya, dengan gayanya yang cekatan dan efisien.

Bagi Tash, kebanyakan orang, akan melakukan apapun untuk membebaskan diri dari kurungan yang mengekang dan kesempatan yang terbatas dari dunia seperti itu.

Tokoh utamanya, Ah Hock, merupakan sosok orang kebanyakan. Biasa-biasa saja dengan bakat terbatas–menghemat kapasitas untuk kerja keras dan hati terbuka - dia tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis di tepi desa nelayan.

Adegan domestik yang menenangkan menjadi jangkar dari novel ini. Lembut, mentah dan memilukan. Singkatnya, sastra yang luar biasa. Tash menangkap kualitas terbatas dan tidak pasti dari kehidupan karakternya dengan efek yang sangat mengena bagi pembacanya.

Ayah Ah Hock, misalnya, adalah sosok bak hantu. Meninggalkan istri dan anaknya, dia melarikan diri ke Singapura di mana dia menemukan "Tuhan" dan memulai keluarga baru.

Sementara istrinya, dibiarkan sendiri untuk mencari nafkah bagi dirinya dan putranya yang masih kecil. Merasa kesepian, dia memutuskan untuk pindah dengan seorang sarjana lokal, yang kemudian membuatnya dikucilkan oleh orang-orang di desa tersebut.

Akhirnya, dia mendapatkan sepetak tanah kosong dan mencoba menghidupi diri dari tanah tersebut dengan sebuah cangkul. Setelah mampu hidup mandiri, tempat tinggalnya hanyut oleh pasang naik.

Tragedinya lebih dari serupa janda muda, seperti tokoh Jeha di film klasik Shahnon Ahmad, “Ranjau Sepanjang Jalan”. Yang kemudian membawa saya ke lokasi dari novel ini.

Terletak di dataran pantai yang luas, di dataran rendah Selangor Utara, para “Crazy Rich Asian” versi Kevin Kwan akan mengenali medan ini seandainya mereka terbang di atas lumpur, pabrik-pabrik dalam jet pribadi mereka sebelum mendarat di bandara Subang, Kuala Lumpur.

Tash mengilhami daerah yang menjemukan dan umumnya diabaikan ini dengan bobot sastra dan signifikansi yang melampaui geografi belaka.

Dia mempertaruhkan tanah para petani dan nelayan Cina, membatasi perbatasan antara mereka dan dunia pekerja kelapa sawit yang jauh lebih melelahkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com