Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Batalkan Serangan ke Iran di Detik Terakhir

Kompas.com - 21/06/2019, 13:14 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikabarkan memberikan izin untuk melancarkan serangan ke Iran sebagai balasan drone ditembak jatuh.

New York Times yang mengutip sumber pejabat anonim memberitakan, pesawat sudah diperintahkan terbang dengan kapal perang telah berada di posisi.

Dikutip The Guardian Jumat (21/6/2019), militer maupun pejabat diplomatik dilaporkan sudah berkumpul menanti kabar serangan di Gedung Putih Kamis malam (20/6/2019).

Baca juga: Trump soal Drone AS Ditembak Iran: Ada Orang Bodoh yang Melakukannya

Namun berdasarkan penuturan sumber, tidak ada satu rudal pun yang ditembakkan karena presiden 73 tahun itu memutuskan membatalkannya di detik terakhir.

Di antara target yang hendak diserang AS, terdapat sistem pertahanan rudal dari darat ke udara S-125 Neva/Pechora. Sistem buatan Uni Soviet yang dikenal juga dengan kode NATO SA-3 Goa.

Senjata itu diyakini yang telah menjatuhkan drone pengintai RQ-4A Global Hawk yang diklaim oleh pasukan Garda Revolusi Iran pada Rabu waktu setempat (19/6/2019).

Meski, lanjut sumber seperti dikutip Newsweek, Teheran membantah dan mengklaim menggunakan sistem peluncur dan radar Khordad, varian dari sistem rudal Raad.

Trump sebelumnya nampak tenang dengan menyatakan drone Global Hawk mereka dijatuhkan oleh seorang perwira Iran yang "bodoh dan merepotkan" tanpa persetujuan pusat.

"Kami tidak mempunyai pria dan perempuan di drone. Itu perbedaan utamanya," kata Trump seraya menuturkan "kalian akan lihat" saat ditanyakan bagaimana responnya.

Penenggelaman drone yang bisa terbang di ketinggian 60.000 kaki itu menambah panjang ketegangan antara AS dan Iran yang juga memanaskan situasi di Teluk.

Laporan soal perintah Trump itu terjadi setelah Badan Penerbangan Federal AS (FAA) merilis instruksi supaya seluruh pesawat AS dilarang melintasi wilayah udara Iran.

Dalam instruksi daruratnya, FAA meminta seluruh maskapai untuk tidak terbang di Teluk Persia maupun Teluk Oman dikarenakan eskalasi politik dan militer.

FAA menyatakan, meski Iran tidak mungkin menargetkan penerbangan sipil, terdapat kekhawatiran dengan munculnya sennjata anti-pesawat dan jarak jauh.

Baca juga: Arab Saudi: Kami Ingin Menghindari Perang Lawan Iran dengan Berbagai Cara

Perintah itu sebenarnya ditujukan kepada maskapai AS saja. Namun sejak insiden MH17, banyak negara yang berpegang pada peringatan AS, Perancis, Inggris, maupun Jerman.

Ketua House of Representatives dari Partai Demokrat Nancy Pelosi mendesak Trump untuk segera berdiskusi dengan para sekutu untuk menurunkan tensi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com