Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Besar Guncang Iran, Sekitar 50.000 Orang Tewas

Kompas.com - 21/06/2019, 11:40 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Suara gemuruh melanda Iran ketika euforia Piala Dunia 1990 berlangsung. Banyak penggemar bola di Negeri Para Mullah itu tak tidur untuk bisa menyaksikan pertandingan pada malam itu.

Namun, suara gemuruh terdengar beda 29 tahun lalu, tepatnya pada 21 Juni 1990. Suara ribut yang terdengar bukan teriakan suporter saat tim kesayangannya mencetak gol, melainkan dampak akibat gempa besar bermagnitudo 7,7. 

Dilansir dari History, gempa tersebut terjadi 30 menit setelah tengah malam yang berpusat di sepanjang pantai Laut Kaspia di Iran. Suara dan goncangan itu menghancurkan ketenangan malam bagi masyarakat Iran.

Daerah seluas lebih dari 50.000 kilometer persegi di Provinsi Zanjan dan Gilan hancur akibat gempa. Wilayah ini meliputi peternakan dan resort laut.

Kota seperti Teheran, Rudbar, dan Manjil juga mengalami kehancuran luar biasa. Lebih dari 700 desa terkena imbas dari gempa ini. Bangunan tinggi berubah menjadi puing-puing dan penduduk yang tak bisa menyelamatkan diri terbunuh dalam peristwa tersebut.

Sebagian besar sumber menyebut bahwa besarnya kekuatan gempa ini mengakibatkan sekitar 50.000 orang tewas. Setidaknya 135.000 orang menjadi korban luka dalam peristiwa ini.

Tak hanya itu saja, sebuah bendungan juga hancur di Rasht yang disebabkan gempa bermagnitudo 6,5 keesokan paginya. Akibatnya, hamparan luas lahan pertanian terkena imbasnya.

Tanah longsor membuat banyak jalan tak bisa dilewati dan banyak orang yang awalnya selamat kemudian tewas karena gempa dadakan ini. Sekitar 400.000 orang kehilangan tempat tinggal karena gempa susulan ini.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: STS-7 Challenger Meluncur, Bawa Satelit Palapa ke Antariksa

Bantuan internasional

Pemerintah Iran segera berupaya untuk menyelamatkan korban dan memberikan bantuan dana untuk membantu korban maupun keluarga korban.

Segenap tim diterjunkan untuk bisa mencari korban yang bisa diselamatkan. Anmbulans dan kendaraan penolong disediakan dengan cepat.

Lebih dari 5.000 orang ditemukan dalam reruntuhan dan bisa terselamatkan. Namun, pada daerah tertentu sedikit terhambat karena medan pegunungan yang berat.

Dilansir The Guardian, anjing pelacak, sepuluh pesawat kargo Hercules, dan 30 helikopter membawa peralatan vital dan mengantar yang terluka untuk perawatan di rumah sakit hingga ratusan kilometer.

Ribuan orang berkemah di jalan-jalan dan alun-alun, takut untuk kembali ke rumah. Kebutuhan yang paling mendesak adalah antibiotik, tenda, dan selimut.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Samuel Morse Menerima Paten Telegraf

Masalah tersebut menjadikan beberapa negara dunia merasa terpanggil untuk memberikan bantuan dana. Simpati mulai mengalir ke Teheran sepanjang hari bahkan dari musuh politik, termasuk Amerika Serikat.

Namun, Iran enggan menerima dari Amerika Serikat, karena hubungan mereka sedang tak baik pada era itu. Iran tak ingin bencana di negaranya menjadi jalan masuk bagi AS untuk tujuan politik.

Para pejabat Iran menjelaskan melalui Palang Merah di Jenewa bahwa mereka tidak akan menerima dokter dan pekerja penyelamat dari AS. Iran juga tak menginginkan atau membutuhkan persediaan darah, anjing pelacak atau pakaian bekas lainnya dari AS.

Tak lama setelah itu, Iran sedikit demi sedikit bangkit dari keterpurukan akibat bencana. Tragedi ini merupakan salah satu bencana terburuk pada abad ke-20.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com