WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump menuding Rusia, Suriah, dan Iran, meningkatkan kekerasan di wilayah Idlib, Suriah.
Berkicau di Twitter, Minggu (2/6/2019), Trump menyerukan agar negara-negara itu berhenti menghujani provinsi tersebut dengan bom.
"Mendengar kabar Rusia, Suriah, dan pada tingkat lebih rendah, Iran, mengebom Provinsi Idlib di Suriah, dan tanpa pandang bulu membunuh banyak warga sipil tak berdosa," kicaunya.
Baca juga: Turki dan Rusia Mulai Patroli Gabungan di Idlib
"Apa tujuannya, apa yang akan diperoleh? Berhentilah," lanjutnya.
Sebelum meninggalkan Gedung Putih untuk terbang ke Inggris, Trump menegaskan kembali tentang kekhawatirannya terhadap Provinsi Idlib.
Hearing word that Russia, Syria and, to a lesser extent, Iran, are bombing the hell out of Idlib Province in Syria, and indiscriminately killing many innocent civilians. The World is watching this butchery. What is the purpose, what will it get you? STOP!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) 2 Juni 2019
"Saya tidak suka apa yang terjadi. Mereka membunuh banyak warga sipil tanpa pandang bulu. Banyak hal buruk terjadi di sana," katanya, seperti diwartakan The Hill.
Idlib merupakan benteng terakhir yang tersisa bagi pemberontak Suriah. Area tersebut telah menjadi pusat gempuran oleh pemerintah yang mengakibatkan banyak kematian warga sipil.
Laporan AFP menyebut, LSM di Suriah pada Juamt (31/5/2019) mengecam tidak adanya tindakan internasional dalam menghadapi kekerasan yang meningkat di Idlib.
A displaced Syrian child sleeps on a mat laid out on the ground in an olive grove in Atmeh, Idlib province, Syria. More top photos from the month of May: https://t.co/o8QLIggJBC ???? Khalil Ashawi pic.twitter.com/Z6LY3ODv4k
— Reuters Pictures (@reuterspictures) 2 Juni 2019
Selain menewaskan puluhan warga sipil, serangan bom oleh pasukan Suriah dan Rusia baru-baru ini telah mendorong 300.000 orang ke perbatasan Turki.
Kelompok Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) mengatakan, serangan pada Jumat lalu telah menewaskan hampir 950 orang di Idlib.
Kesepakatan pada September tahun lalu seharusnya dapat mencegah ofensif penuh oleh rezim pemerintahan di provinsi itu dan wilayah yang berdekatan dengan kekuasaan mantan afiliasi Al-Qaeda, Hayat Tahrir al-Sham.
Baca juga: Otoritas Kurdi Bebaskan 800 Perempuan dan Anak-anak Suriah dari Kamp Al-Hol
Namun, para pemberontak menolak meninggal wilayah itu dan kesepakatan tersebut berada di ambang kehancuran karena pasukan Suriah dan Suriah meningkatkan serangan udara dan tembakan roket.
Selain itu, pasukan Iran dan paramiliter Hezbollah juga ditempatkan di Suriah untuk mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.