Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rela Bertaruh Nyawa, Begini Situasi Antrean Pendaki Menuju Puncak Everest

Kompas.com - 29/05/2019, 15:48 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP,ABCNews,NPR

KATHMANDU, KOMPAS.com - Sebanyak 11 orang meninggal dalam musim pendakian 2019 di Gunung Everest. Beberapa alasannya adalah padatnya antrean menuju puncak Everest pada pekan lalu, di mana 8 pendaki tewas dalam dua hari.

Faktor lainnya yang turut diperhitungkan yaitu cuaca buruk, yang membuat waktu ideal untuk mencapai puncak hanya tersisa lima hari.

"Jadi ada 800 orang yang mencoba berdesakan melalui jendela yang sangat kecil," kata seorang pendaki bernama Alan Arnette.

Baca juga: Selamat dari Antrean Panjang di Everest, Pendaki Minta Aturan Lebih Ketat

Dalam rekaman yang diunggah oleh ABC News, Selasa (28/5/2019), memperlihatkan puluhan pendaki Gunung Everest berbaris sambil berpegangan pada tali.

Mereka mencoba mempertahankan diri pada kondisi yang miring dan bersalju, berharap mencapai puncak tertinggi di dunia.

Salah satu pendaki yang selamat dari "kemacetan" Everest, Ameesha Chauchan, mengatakan pendaki tanpa keterampilan dasar seharusnya dilarang menaiki Everest untuk mencegah terulangnya musim pendakian yang mematikan tahun ini.

Ameesha yang kini dirawat di rumah sakit mengaku harus menunggu 20 menit untuk turun dari puncak gunung setinggi 8.848 meter, sementara yang lain bisa bertahan hingga berjam-jam.

"Saya melihat beberapa pendaki tanpa keterampilan dasar sepenuhnya mengandalkan panduan Sherpa mereka," katanya, merujuk pada pemandu.

"Pemerintah harus memperbaiki kriteria kualifikasi," ucapnya, kepada AFP.

Sementara itu, Badan Pariwisata Nepal tidak memiliki rencana untuk membatasi jumlah izin yang dikeluarkan untuk tahun depan.

Pemerintah tetap berharap dapat menarik labih banyak turis dan pendaki.

"Ada kekhawatiran tentang jumlah pendaki di Gunung Everest tetapi bukan karena kemacetan yang membuat ada korban," ucap sekretaris di Kementrian Pariwisata dan Penerbangan Sipil Nepal, Mohan Krishna Sapkota.

Baca juga: Setelah Capai Puncak, Pria AS Jadi Korban Tewas ke-11 di Gunung Everest

Dia menilai penyebab banyaknya korban berjatuhan akibat kondisi cuaca, pasokan oksigen dan peralatan tidak mencukupi.

"Di musim depan kami akan bekerja untuk menyediakan tali ganda di area bawah puncak sehingga ada manajemen yang lebih baik," katanya, seperti dikutip dari NPR.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP,ABCNews,NPR
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com