KINSHASA, KOMPAS.com - Sedikitnya 30 orang tewas, sementara 200 orang lainnya hilang dalam insiden tenggelamnya kapal di Danau Mai-Ndombe di bagian barat Republik Demokratik Kongo.
Diwartakan BBC, Senin (27/5/2019), kapal tersebut dilaporkan memuat lebih dari 400 orang. Sebanyak 170 orang di antaranya telah diselamatkan.
Penyebab kapal tenggelam belum diketahui, namun diyakini akibat dari kelebihan jumlah penumpang.
Baca juga: Selfie 2 Gorila dan Pawangnya Diragukan, Ini Tanggapan Taman Nasional Kongo
"Sejauh ini, kami menemukan 30 mayat, terdiri dari 12 perempuan, 11 anak-anak, dan 7 pria," ucap Wali Kota Inongo, Simon Weba, kepada AFP.
Peristiwa itu terjadi pada Sabtu malam lalu.
"Total korban saat ini masih bersifat sementara," kata Weba.
At least 30 people dead and 200 others missing after a boat, carrying several teachers, sank on Lake Mai-Ndombe in the DR Congo, authorities say. pic.twitter.com/xsQpFKjJCV
— David Mbewa (@MbewaDavid) 26 Mei 2019
Dia juga mengakui kesulitan untuk mengetahui jumlah pasti penumpang karena kemungkinan banyak dari mereka merupakan imigran ilegal.
Republik Demokratik Kongo memiliki luas kira-kira seukuran dengan daratan barat Eropa.
Negara tersebut dikelilingi jaringan jalan yang buruk dan banyak daerah tidak dapat diakses kecuali melalui udara atau memakai kapal.
Sementara, jalan raya super negara itu adalah Sungai Kongo sehingga transportasi sungai menjadi salah satu sarana yang paling sering digunakan.
Dengan demikian, kecelakaan kapal kerap terjadi dan biasanya disebabkan oleh kelebihan penumpang dan barang.
Jumlah korban sering tercatat tinggi karena tidak ada jaket penyelamat. Di sisi lain, banyak warga Kongo tidak bisa berenang.
Baca juga: Di RD Kongo, Perempuan Diberi Vaksin Ebola Jika Beri Layanan Seks
Pada bulan lalu, setidaknya 167 orang tewas dalam dua kecelakaan, yang kemudian mendorong Presiden Kongo Felix Tshisekedi menerbitkan kebijakan penumpang kapal harus mengenakan jaket pelampung.
Negara terbesar di Afrika Sub-Sahara sedang berjuang mengatasi konflik lokal, dan di daerah terpencil yang dikuasai pemerintah pusat di Kinshasa juga lemah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.