Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patahkan Prediksi Lembaga Survei, PM Australia Raih Kemenangan Mengejutkan di Pemilu

Kompas.com - 19/05/2019, 10:24 WIB
Ericssen,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SYDNEY, KOMPAS.com - Hasil mengejutkan terjadi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Federal Australia yang digelar pada Sabtu (18/5/2019).

Sebabnya, koalisi yang dipimpin oleh petahana Perdana Menteri Scott Morrison memperoleh kemenangan, dan membuat rakyat Negeri "Kanguru" kaget.

Dikutip Sydney Morning Herald, Morrison mematahkan prediksi seluruh lembaga survei yang menyebut pemerintahannya bakal mengalami kekalahan.

Baca juga: Mantan PM Australia Bob Hawke Meninggal Dunia pada Usia 89 Tahun

Pemimpin oposisi Partai Buruh Bill Shorten sebelumnya sudah digadang-gadang bakal menjadi perdana menteri ke-31 Australia.

Bagaimana tidak, Partai Buruh selalu memimpin jajak pendapat selama tiga tahun sejak pemilu terakhir pada Juli 2016.

Bahkan dalam exit poll yang dirilis ketika TPS ditutup menunjukkan Partai Buruh bakal mengalahkan petahana dengan angka meyakinkan 52 melawan 48 persen.

Namun hingga lebih dari 70 persen suara yang dihitung seperti dikutip BBC, koalisi Morrison memperoleh 74 dari 76 kursi parlemen yang dibutuhkan untuk mengklaim kemenangan.

Sementara Partai Buruh baru mendapatkan 66 kursi. Dalam konferensi pers, Shorten mengakui kekalahannya dari Morrison.

"Sudah jelas bahwa Partai Buruh tidak akan bisa membentuk pemerintahan selanjutnya," ujar Shorten kepada anggota partai.

Dia juga berkata sudah mengucapkan selamat kepada Morrison. "Semoga Scott beruntung," katanya seraya mengumumkan dia tak bakal maju dalam pemilihan ketua partai selanjutnya.

Sementara Morrison menuturkan dia berterima kasih atas sikap legawa dari lawannya serta "rakyat Australia yang diam namun telah memilih".

"Saya selalu percaya dengan keajaiban," ujar Morrison di hadapan para pendukungnya mengomentari koalisi dari Partai Liberal dan Nasional tersebut.

Hasil ini membuat pengamat membandingkan kemenangan spektakuler Morrison dengan referendum keanggotaan Inggris di Uni Eropa dan kemenangan Donald Trump di Pilpres Amerika Serikat.

Sosok Shorten yang datar, membosankan, dan tidak kharismatik dinilai sebagai salah satu faktor kekalahan itu.

Walau partainya selalu memimpin jajak pendapat, Shorten selalu tertinggal di belakang Morrison ketika ditanya siapa calon PM yang lebih disukai.

Dalam kampanye, Morrison berulang kali menyerang Shorten sebagai sosok berbahaya yang berpotensi menghancurkan ekonomi Australia dengan kebijakannya yang radikal.

Petahana berusia 51 tahun tersebut juga megingatkan rakyat Austrlia akan stabilitas ekonomi yang tercipta di bawah pemerintahannya.

Kemenangan spektakuler ini memberikan mandat baru bagi Morrison yang baru berkuasa selama 9 bulan setelah menggantikan pendahulunya Malcolm Turnbull yang digulingkan oleh kudeta internal partai.

Baca juga: KPU: Harusnya Lembaga Survei Serahkan Laporan Sumber Dana Tanpa Diminta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com