Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Mendiang Otto Warmbier Sebut Korut sebagai "Kanker di Bumi"

Kompas.com - 04/05/2019, 11:51 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Ibu Otto Warmbier, pemuda yang diduga disiksa di Korea Utara (Korut), meminta pemerintah Amerika Serikat (AS) tidak mengendurkan tekanan.

Bergabung bersama keluarga Jepang yang juga mengalami penyiksaan oleh Korut, Cindy Warmbier tidak menentang upaya diplomasi yang dilakukan Presiden Donald Trump.

Baca juga: Korut Tagih Rp 28 Miliar kepada AS untuk Biaya Rumah Sakit Otto Warmbier

Namun sebagaimana diwartakan AFP Jumat (3/5/2019), Cindy hanya sangat menyuarakan kekhawatiran tentang masa depan jika AS tidak menekan Pyongyang.

"Korut, bagi saya, bagaimana kanker di Bumi ini. Jika kita tidak segera membasminya, kanker itu bisa membunuh kita semua," tegas Cindy sambil membawa foto anaknya.

"Kecuali kita terus menekan Korut, mereka jelas tidak akan berubah. Saya takut pada akhirnya kita akan melunak kepada mereka," ujar Cindy dalam acara di Hudson Institute.

Warmbier, mahasiswa di Universitas Virginia, dipenjara 0leh rezim otoriter itu ketika tengah berlibur di sana setelah dituduh mencopot poster propaganda negara.

Dokter menuturkan dia mengalami kerusakan otak selama berada dalam penahanan. Dia kemudian koma dan meninggal beberapa hari setelah sampai di AS pada Juni 2017.

Cindy menuturkan, putranya yang tampan, yang membuat banyak gadis jatuh hati, terlihat seperti monster dengan menyebut Warmbier baru saja bersama "setan".

Kasus Warmbier kembali mengemuka ke publik setelah seorang diplomat AS yang membawa pulang pemuda 22 tahun itu mengaku menandatangani permintaan biaya dari Korut.

Biaya sebesar 2 juta dollar AS, sekitar Rp 28,4 miliar, dipakai untuk ongkos rumah sakit selama Warmbier dirawat. Trump kemudian membantah AS menuruti keinginan Korut.

Cindy mengatakan, dia tidak menyalahkan siapa pun yang sudah bersedia untuk menandatangani perjanjian untuk membawa putranya pulang. Bahkan, dia siap membuka kampanye donasi jika diperlukan.

Berada di sampingnya, Takuya Yokota yang merupakan saudara Megumi Yokota, gadis Jepang yang diculik Korut dari sekolahnya pada 1977 saat dia berusia 13 tahun.

Megumi merupakan satu dari 17 korban penculikan yang dicatat sepanjang 1970 sampai 1980-an di mana Korut ingin mereka melatih mata-mata negara komunis tersebut.

"Korea Utara terus mengucapkan berbagai kebohongan. Karena alasan itu, saya rasa situasinya tidak akan menjadi optimis," keluh Yokota bersama Cindy.

Baca juga: Trump Bantah AS Bayar Rp 28 Miliar ke Korut untuk Bebaskan Otto Warmbier

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com