CARACAS, KOMPAS.com - Seorang perempuan ditembak mati dan puluhan orang lainnya terluka dalam bentrokan antara pendukung oposisi dan pasukan bersenjata pada Hari Buruh di Caracas, Venezuela, Rabu (1/5/2019).
Korban tewas diidentifikasi sebagai Jurubith Rausseo, usia 27 tahun, yang meninggal dunia di sebuah klinik setelah terkena tembakan pada kepalanya.
Diwartakan kantor berita AFP, lembaga non-pemerintah Observatorium untuk Konflik Sosial Venezuela menyatakan sebanyak 27 orang juga mengalami cedera akibat bentrokan.
Baca juga: Militer AS Belum Dapat Perintah untuk Bersiap Perang di Venezuela
Pasukan menembakkan gas air mata kepada pengunjuk rasa yang melemparkan batu. Para demonstran berupaya untuk memblokir jalan raya yang berada di dekat pangkalan udara.
Satu jurnalis luka-luka ketika tentara menembakkan peluru karet pada sekelompok reporter yang sedang meliput.
Seorang remaja bernama Miguel Ramirez telah ditembak pada bagian kakinya ketika ikut aksi protes di jalan raya dekat pangkalan udara La Carlota.
"Saya tidak berhasil kabur dan bersembunyi," katanya.
#UPDATE One shot dead, over two dozen injured during May Day clashes between opposition supporters and Venezuela's armed forces in Caracas https://t.co/iOds3wo0ih pic.twitter.com/2HvBmTbOei
— AFP news agency (@AFP) 2 Mei 2019
Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido mendesak pendukungnya di Caracas untuk terus berada di jalan sambil menggelar unjuk rasa Hari Buruh.
Sebelumnya, juga terjadi kerusuhan di Venezuela pada Selasa lalu hingga menewaskan satu orang dan beberapa lainnya terluka. Sementara ada lebih dari 150 orang yang ditahan.
Seperti diketahui, Venezuela telah mengalami resesi selama lima tahun yang membuat penduduk kekurangan kebutuhan dasar serta kegagalan layanan publik termasuk air, listrik, dan transportasi.
"Saya hidup di neraka," kata seorang penduduk di Caracas, Evelinda Villalobos.
"Saya yakin orang-orang di jalan akan menjadi sedotan terakhir yang mematahkan punggung unta," ujarnya merujuk pada perumpaan yang berarti tindakan kecil atau rutin yang akan berdampak besar.
Baca juga: AS Siap Kerahkan Militer untuk Padamkan Krisis di Venezuela
CNN melaporkan, Guaido mengaku tidka memiliki cukup pembelot militer yang mendukungnya selama kerusuhan pada Selasa.
"Kita harus mengakui, kemarin tidak cukup (pembelot militer pro-Guaido)," ujar pria yang juga menjabat sebagai Presiden Majelis Nasional Venezuela itu.
"Kami tidak meminta konfrontasi di antara saudara-saudara, malah sebaliknya. Kami hanya ingin mereka berada di pihak rakyat," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.