BAHGDAD, KOMPAS.com - Irak akan menerima kepulangan para perempuan Yazidi yang dulu dijadikan budak seks oleh ISIS.
Meski demikian, anak-anak mereka terancam tidak bisa mendapat kehidupan lebih baik di Irak.
Diwartakan Al Jazeera, Senin (29/4/2019), anak-anak perempuan Yazidi yang diperkosa oleh anggota ISIS tidak diizinkan untuk bergabung dengan masyarakat di Irak bagian utara.
Baca juga: Perempuan ISIS Diadili karena Biarkan Gadis Cilik Yazidi Mati Kehausan
Demikian pernyataan pemimpin sekte kepercayaan minoritas yang berada di negara itu.
Dalam sebuah pernyataan, Dewan Spiritual Tertinggi Yazidi merevisi bahwa penerimaan semua penyintas ke dalam masyarakat tidak termasuk anak-anak yang lahir dari perkosaan.
Sebaliknya, anak-anak yang lahir dari orangtua Yazidi yang dapat diterima.
Shame on the community! So many women taken captive by Isis fighters who later gave birth to children from rape have told me how painful it was for them to give their children to orphanages or to the fighters’ families before they were able to return home to their community https://t.co/iMLipCmtej
— Belkis Wille (@belkiswille) 28 April 2019
Anak-anak yang lahir dari pemerkosaan oleh anggota ISIS telah menjadi subjek perdebatan sengit di komunitas kecil itu.
Mereka hanya mengakui anak-anak sebagai Yazidi jika kedua orangtua mereka berasal dari sekte tersebut.
Sekte itu juga meyakini perempuan yang menikah dengan di luar dari komunitas mereka tidak lagi menjadi seorang Yazidi.
Seperti diketahui, setahun setelah ISIS menyerbu jantung Yazidi di wilayah Sinjar, Irak, dan membantai para pria Yazidi, ribuan perempuan kemudian menjadi budak seks.
Awalnya, Kepala Dewan Imam Tertingi Yazidi Hazem Tahsin mengeluarkan perintah untuk menerima semua korban kejahatan ISIS.
Keputusan itu dipuji oleh para aktivis Yazidi karena anak-anak yang lahir dari perkosaan akan diizinkan untuk hidup dengan kerabat Yazidi mereka.
Dewan kemudian mengklarifikasi dan menyebutkan adanya kesalahpahaman oleh media.
Baca juga: Irak Bongkar Kuburan Massal Pertama Etnis Yazidi Korban ISIS
Ali Khedhir Ilyas, seorang pejabat Yazidi, mengatakan pada dewan mendorong para perempuan untuk kembali dengan anak-anak mereka, tidak peduli asal usulnya.
Tapi dewan tidak dapat memaksa keluarga untuk menerima keberadaan anak-anak tersebut.
Human Rights Watch mengecam keputusan tersebut. Peneliti senior Irak dan Qatar dari HRW, Belkis Wille mengatakan, para perempuan Yazidi begitu sakit hati untuk menyerahkan anak0anak mereka ke panti asuhan atau keluarga ISIS.
"Betapa menyakitkannya bagi mereka untuk memberikan anak-anak mereka ke panti asuhan atau ke keluarga ISIS sebelum mereka dapat kembali ke rumah di komunitas mereka," kicaunya di Twitter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.