Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FBI Sebut Rusia Bakal "Serang" Pilpres AS 2020 Lewat Media Sosial dan Berita Palsu

Kompas.com - 27/04/2019, 15:03 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON, KOMPAS.com - Biro Investigasi Federal (FBI) menyebut Rusia akan menargetkan pemilihan presiden AS 2020 mendatang dengan "serangan" kampanye media sosial, berita palsu, hingga propaganda.

Upaya tersebut dilakukan untuk memecah belah dan membuat rakyat Amerika saling serang satu sama lain. Pernyataan itu disampaikan Direktur FBI Christopher Wray, pada Jumat (26/4/2019).

Wray, yang berbicara di hadapan Dewan Hubungan Luar Negeri (CFR) di Washington, mengatakan bahwa seperti halnya pada pemilu presiden 2016 dan pemilu sela pada 2018, Rusia akan kembali mencoba melakukan hal yang sama pada pemilihan tahun depan.

"Apa yang terus berlanjut tanpa henti adalah penggunaan media sosial, menyebaran berita palsu, propaganda, dan akun palsu, serta lainnya, yang bertujuan untuk membuat bingung kita," ujarnya.

Baca juga: FBI Pernah Selidiki Informasi Hitler Selamat dari Perang Dunia II

"Badan-badan intelijen Rusia telah berusaha untuk "mengadu domba" rakyat AS, menabur perpecahan, perselisihan, serta merusak kepercayaan rakyat Amerika dalam demokrasi," tambahnya.

Wray mengatakan, ancama tersebut tidak hanya terjadi selama siklus pemilu, namun juga terjadi sepanjang tahun, selama 365 hari, dan masih terus berlanjut.

"Kami melihat bahwa pemilu sela 2018 lalu hanya menjadi semacam gladi resik untuk pertunjukan yang lebih besar pada 2020 mendatang," kata Wray.

Namun Wray mengatakan, meski Rusia berusaha untuk mempengaruhi jalannya pemilihan presiden pada 2016 silam, maupun pemilu sela 2018 lalu, tidak ada gangguan dengan infrastruktur pemilu.

"Selain itu, perusahaan-perusahaan media sosial juga telah mengambil langkah besar dalam upaya menindak para pelaku pelanggaran," kata Wray.

"Saya pikir perusahaan-perusahaan itu juga telah mengakui jika ada kebutuhan bagi mereka untuk mengambil tindakan sehingga platform mereka tidak disalahgunakan."

"Sudah ada banyak contoh keberhasilan dalam jangka menengah, di mana perusahaan-perusahaan itu mengambil tindakan sendiri dengan menutup dan menghapus akun,"  tambahnya, dikutip AFP.

Baca juga: Seorang Penyerang Kedubes Korut di Madrid, Hubungi FBI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com