Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Orang-orang Menjerit, Mayat Ada di Mana-mana"

Kompas.com - 22/04/2019, 14:37 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

COLOMBO, KOMPAS.com - Sam, seorang turis asal Australia, mengingat kembali momen memilukan yang dia alami saat sarapan di Hotel Shangri-La, Sri Lanka, pada Minggu (21/4/2019).

Bersama seorang rekan seperjalanannya, Sam sedang menikmati santap pagi ketika dua ledakan menghantam hotel itu, diwartakan Radio 3AW via Channel News Asia Senin (22/4/2019).

Baca juga: PGI Kecam Teror Bom di Sri Lanka

Sam berkata, dia melihat dua orang yang membawa tas punggung beberapa detik sebelum ledakan terjadi. "Semua orang menjerit. Mayat ada di mana-mana," akunya.

"Anak-anak menangis. Saya melihat ada anak yang tergeletak di lantai. Saya tidak tahu apakah mereka sudah mati atau masih hidup. Suasananya begitu gila," katanya.

Sam menjadi korban selama ledakan bom yang dilaporkan tidak hanya terjadi di Shangri-La, namun juga di tujuh tempat lainnya di seluruh Sri Lanka.

Hotel yang diserang selain Shangri-La adalah Kingsbury dan Cinnamon Grand. Sementara gereja yang diserang adalah St Anthony, Gereja St Sebastian di Negombo, kemudian Gereja Zion di kota Batticaloa.

Polisi menyatakan mereka sudah menangkap 24 orang yang diduga sebagai pelaku, belum ada kelompok maupun individu yang mengklaim bertanggung jawab.

Saksi mata NA Sumanapala mengaku berada di dekat Gereja St Anthony ketika serangan terjadi. Dia langsung berlari ke dalam untuk memberi pertolongan.

Kepada kantor berita AFP, dia melihat pastor keluar gereja dalam keadaan berlumuran darah. "Seperti menyaksikan sungai darah," terang Sumanapala.

Kemudian Manajer Cinnamon Grand menuturkan pelaku menyamar sebagai tamu hotel dan berbaris dengan rapi di restoran bersama tamu lainnya untuk mengambil sarapan.

Sumber pemerintahan mengatakan Presiden Maithripala Sirisena langsung meminta pertemuan dengan Dewan Keamanan Nasional selepas kunjungannya dari luar negeri.

Terdapat kekhawatiran bakal ada serangan balasan karena aksi teror di gereja dan hotel, dengan bom molotov dilemparkan ke bangunan ibadah agama lain.

Serangan itu merusak perdamaian yang terjadi selama satu dekade terakhir sejak konflik dengan separatis Tamil yang berlangsung selama 25 tahun.

Gabriel mengungkapkan saudaranya terluka dalam ledakan bom. "Saya tidak ingin negara kami kembali ke masa gelap di mana bom bunuh diri terjadi setiap hari," keluhnya.

Baca juga: Korban Tewas Ledakan Bom Sri Lanka Capai 290 Orang, Polisi Tahan 24 Orang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com