Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Tidak Takut, Kami Tidak Akan Membiarkan Teroris Itu Menang"

Kompas.com - 22/04/2019, 12:16 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

COLOMBO, KOMPAS.com - Suasana begitu ramai ketika Dilip Fernando sampai di Gereja St Sebastian yang berlokasi di Negombo, Sri Lanka, saat berlangsungnya Minggu Paskah (21/4/2019).

Karena terlalu penuh, dia memutuskan untuk meninggalkan St Sebastian dan mencari gereja lain, sebuah keputusan yang bakal disyukurinya seumur hidup.

Ya, Fernando selamat dari ledakan bom yang menewaskan puluhan jemaat gereja. Satu dari gelombang ledakan bom yang terjadi di delapan tempat di seluruh Sri Lanka.

Baca juga: Korban Tewas Ledakan Bom Sri Lanka Capai 290 Orang, Polisi Tahan 24 Orang

Diwartakan AFP Senin (22/4/2019), Fernando kembali ke Gereja St Sebastian untuk mengecek kerusakan sekaligus mengingat lagi momen di mana dia lolos dari maut.

"Saya biasanya datang untuk mengikuti misa di sini," kata pensiunan berusia 66 tahun itu, berdiri di tengah 30 petugas keamanan yang berjaga di sekitar gereja.

Fernando mengatakan dia dan istrinya datang sekitar pukul 07.30 waktu setempat. Saat itu, bagian dalam gereja sudah penuh sehingga mereka tidak mendapat tempat duduk.

Dia mengaku tidak ingin berdiri. Jadi, dia memutuskan untuk pergi ke gereja lain. Namun, anggota keluarganya yang lain, termasuk cucu dan menantu, memutuskan tinggal.

Saat itulah mereka melihat seorang pria yang diyakini sebagai pelaku bom bunuh diri yang bertanggung jawab atas serangan di Gereja St Sebastian.

Pria itu datang ketika misa hampir berakhir dengan membawa tas besar. "Dia menyentuh kepala cucu saya saat mereka berpapasan. Dialah si pelaku bom bunuh diri," terang Fernando.

Keluarga Fernando terheran-heran mengapa pria itu masuk di saat misa hampir berakhir. Menurut penuturan keluarga Fernando, terduga pelaku berusia sekitar 30 tahun.

"Dia sangat muda dan kelihatan tidak bersalah. Tidak terlihat adanya ketakutan atau kegairahan dalam raut wajahnya. Dia begitu tenang," beber Fernando.

Segera setelah pria itu masuk, ledakan yang memekakkan telinga pun terjadi. Untungnya, saat itu keluarga Fernando tengah duduk di bagian luar gereja.

Baca juga: Terlambat Sarapan, Pria Ini Lolos dari Ledakan Bom Sri Lanka

"Mereka ketakutan dan berlari keluar. Mereka menelepon saya apakah masih di dalam gereja. Saya menjawab bahwa saya berada di gereja lain," katanya.

Fernando mengatakan dia begitu sedih dan menuturkan upacara pemakaman yang besar pastinya digelar karena banyak jemaat jadi korban tewas dalam insiden tersebut.

Meski begitu, dia menegaskan komunitas Katolik Roma yang menempati enam persen total populasi Sri Lanka tidak akan gentar dengan serangan tersebut.

"Jika gereja dibuka kembali, saya tidak ragu untuk masuk. Kami tidak takut. Kami tidak akan membiarkan teroris ini menang. Tidak akan," tegas Fernando.

Dia juga mengutarakan serangan itu tidak akan menghasilkan pembunuhan balasan. "Balas dendam itu tidak berguna. Tentu tanggung jawab pemerintah untuk mengaturnya," tukas dia.

Baca juga: Terlambat Sarapan, Pria Ini Lolos dari Ledakan Bom Sri Lanka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com