Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Paris Tanpa Notre Dame Bukanlah Paris"

Kompas.com - 16/04/2019, 13:56 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber CNN

PARIS, KOMPAS.com - Ketika puncak menara Gereja Notre Dame jatuh karena terbakar, warga Paris maupun tueis yang sedang berkunjung hanya bisa terdiam.

Mereka tercengang karena Notre Dame yang merupakan ikon wisata di ibu kota Perancis itu kebakaran. Api yang menjilati katedral bagaikan tusukan yang menghujam jantung.

Di seluruh kota Paris, kerumunan warga dan turis saling berpelukan dengan beberapa di antara mereka ada yang menyanyikan lagu gereja serta berdoa.

Baca juga: Notre Dame, Simbol Intelektualitas Perancis

Sementara yang lain memenuhi tepi Sungai Seine yang berseberangan dengan Notre Dame. Berharap 400 pemadam kebakaran yang dikerahkan bisa menjinakkan si jago merah.

Ada juga orang yang mendekapkan tangan ke muka karena tak sanggup melihat. "Ini tak mungkin terjadi. Jangan Notre Dame. Jangan Notre Dame," gumam seorang perempuan.

Bagi masyarakat Paris dan 13 juta orang turis yang berkunjung setiap tahun seperti dikutip CNN Selasa (16/4/2019), Notre Dame adalah simbol ibu kota.

Gereja dengan arsitektur Gotik itu dibangun oleh Paus Alexander III pada 1163, dengan pembangunannya memakan waktu lebih dari 200 tahun sebelum selsai di abad ke-13.

Gereja mengalami sejumlah renovasi dan konstruksi. Termasuk penambahan puncak menara pada abad 19 karena kesuksesan novel Victor Hugo, The Hunchback of Notre Dame.

Baca juga: Triliuner Perancis Sumbang Rp 1,5 Triliun untuk Renovasi Notre Dame

Sementara keanggunan  menara, puncak menara, kaca patri, hingga struktur bangunan menarik minat pengagum seni, Notre Dame juga merupakan tempat peziarahan bagi umat Katolik.

Gereja itu merupakan rumah bagi sejumlah relik suci. Antara lain Mahkota Duri yang diyakini dipakai Yesus Kristus ketika disalib, serta jubah Raja Louis.

Karena itu, saksi mata Anne Marie dengan berlinang air mata mengatakan kebakaran di Notre Dame merupakan hantaman bagi seluruh warga di dalamnya.

"Bangunan itu merupakan bangunan simbolik. Paris tanpa Notre Dame bukanlah Paris," ujar Marie. Pernyataan sama juga keluar dari Francois-Xavier Lochet.

Pria 70 tahun itu masih mengingat pernah memanjat menara utara tempat lonceng dibunyikan saat berusia 12 tahun. Tinggal di Amerika Serikat, dia kembali berkunjung ke Paris.

Baca juga: Kebakaran di Gereja Notre Dame, Ini Fakta yang Berhasil Terhimpun

Untuk melepaskan kerinduan, Lochet mengikuti misa pada Senin petang (15/4/2019) ketika alarm berbunyi dengan umat diperintahkan untuk mengungsi.

"Ini adalah gereja favorit saya. Dibangun oleh pekerja yang tak terhitung banyaknya yang mendedikasikan hidupnya. Gereja ini bagian terpenting dalam sejarah Eropa," kata Lochet sedih.

Halaman:
Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com