Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Unik Peluncuran Satelit, dari Sputnik 1 hingga Berkekuatan Nuklir

Kompas.com - 13/04/2019, 19:28 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Persaingan dalam misi penjelajahan antariksa antara Uni Soviet melawan Amerika Serikat atau space race selalu menarik untuk dikenang.

Space race tak selalu berkaitan dengan percobaan misi yang melibatkan manusia di angkasa, tapi juga berhubungan dengan perlombaan teknologi satelit untuk eksplorasi tertentu.

Uni Soviet tampil dominan setelah Sputnik I berhasil menjadi satelit pertama yang meluncur ke luar angkasa.

AS juga tak tinggal diam, melalui lembaga antariksa NASA, negara Abang Sam (AS) itu juga mengembangkan satelit-satelit lain dengan berbagai tujuan.

Berikut catatan sejumlah satelit pertama dunia, yang menjadi inspirasi negara lain:

1. Satelit pertama

Replika Sputnik 1 yang disimpan di Museum Dirgantara dan Angkasa Luar, Washington DC.nasa.gov Replika Sputnik 1 yang disimpan di Museum Dirgantara dan Angkasa Luar, Washington DC.
Tepat pada 4 Oktober 1957, satelit dengan julukan "Sputnik 1" diluncurkan ke luar angkasa oleh Uni Soviet melalui sebuah peluncur luar angkasa Kosmodrom Baykonur, Kazakhstan.

Sputnik 1 meluncur dengan rocket R.7 yang merupakan modifikasi SS-6 Sapwood rudal balistik antarbenua milik Uni Soviet.

Sputnik diperkuat baterai seng perak yang dirancang untuk beroperasi selama dua minggu, tapi ia tetap mengirim sinyal selama 22 hari.

Ketika mengorbit memancarkan sinyal "bip" berkelanjutan yang dapat didengar oleh operator radio di seluruh dunia.

Satelit buatan manusia pertama ini memiliki kekuatan sumber daya yang mampu menghasilkan sinyal durasi 0,4 detik pada band 7 dan 15. Empat antena dikerahkan pada sudut 35 derajat untuk mengirimkan sinyal menuju bumi.

Baca juga: Kisah Sputnik 1, Satelit Pertama Dunia yang Meluncur ke Angkasa

Satelit berwujud bola alumunium bergaris tengah 58 sentimeter dan memiliki berat 83,6 kilogram untuk mengukur kerapatan dan suhu di sepanjang orbit yang dilaluinya.

Sputnik 1 mengorbit pada ketinggian 227 kilometer pada titik terdekat dan 941 kilometer pada titik terjauh bumi.

2. Satelit cuaca pertama

Vanguard IInasa.gov Vanguard II
Setelah Uni Soviet berhasil meluncurkan satelit pertama dunia ke angkasa, Amerika Serikat mengembangkan satelit berbasis penelitian cuaca.

Satelit ini meluncur pada 7 Februari 1959 dari Cape Canaveral, Florida. Satelit bernama Vanguard II ini menjadi satelit pertama cuaca dunia yang meluncur ke angkasa.

Vanguard II meluncur pada pukul 10.55 waktu setempat dengan menggunakan tiga kali tahap peluncuran. Ketika mencapai titik tertentu, beberapa bagian akan terbakar dan mendorong inti satelit.

Tahap ketiga, satelit berpisah dengan elemen pendorong dan langsung menuju ke orbit bumi. Vanguard II berada pada ketinggian 555 kilometer.

Setelah berada di orbit yang ditentukan, satelit ini akan melakukan beberapa pengamatan terkait cuaca yang mampu mendeteksi data tutupan awan di bumi.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Satelit Cuaca Pertama Meluncur ke Luar Angkasa

Data telemetri yang ada dalam satelit akan mengamati awan selama 26 hari sampai 15 Maret 1959. Setelah baterainya habis, satelit masih dilacak secara optik dari Bumi untuk studi gaya tarik atmosfer dan medan gravitasi.

Satelit Vanguard 2 memiliki umur orbit total diperkirakan 200 hingga 300 tahun. Vanguard 2 adalah satelit mengorbit Bumi yang dirancang untuk mengukur distribusi tutupan awan pada siang hari. Pelacakan radio akan mengumpulkan data dan menetapkan posisi.

Selain itu karena bentuknya yang simetris, Vanguard 2 dipilih oleh para peneliti untuk digunakan dalam menentukan kepadatan atmosfer bagian atas, sebagai fungsi dari ketinggian, garis lintang, musim, dan aktivitas matahari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com