WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemerintah AS menangguhkan semua pengiriman dan kerja sama dengan Turki terkait dengan program jet tempur F-35.
Pasalnya, sekutu NATO itu berupaya untuk melakukan pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia, yang dianggap tidak sesuai dengan bagian yang tersisa dari program pesawat perang AS.
"Sampai mereka menghentikan pengiriman S-400, AS telag menangguhkan pengiriman dan kegiatan terkat dengan peningkatan kemampuan operasional F-35 Turki," kata juru bicara Pentagon, Charles E Summers Jr, Senin (1/4/2019).
Melansir dari kantor berita AFP, pejabat di AS mengkritik sikap Turki yang berada di kedua kubu.
Baca juga: AS Bisa Produksi Jet Tempur F-35 Tanpa Bantuan Turki
Dengan begitu, Rusia dapat memperoleh data F-35 untuk meningkatkan akurasi S-400 terhadap pesawat Barat.
Kementerian Pertahanan AS alias Pentagon mengaku mulai melihat sumber sekunder untuk memproduksi suku cadang untuk F-35 yang sedang dikembangkan Turki.
"Kami sangat menyesalkan situasi saat ini terkait kemitraan F-35 dengan Turki, tapi kami mengambil langkah bijak untuk melindungi investasi bersama dalam teknologi kritis kami," ujar Summers.
Seperti diketahui, Turki berencana untuk membeli 100 jet tempur F-35A, dengan pilot yang sudah berlatih di AS.
Pabrikan pesawat tersebut, Lockheed Martin, menyatakan kontrak dengan perusahaan Turki untuk membangun suku cadang F-35 diperkirakan mencapai 12 miliar dollar AS atau sekitar Rp 170,9 miliar.
Di antara 8 perusahaan Turki yang terlibat dalam pembelian tersebut ada Ayesas, yang membangun tampilan kokpit panorama untuk F-35.
Selain itu ada Fokker Elmo yang menghasilkan 40 persen dari kabel listrik dan sistem interkoneksi.
Pengumuman Pentagon itu muncul selang dua hari sebelum para menterli luar negeri dari 29 anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berkumpul di Washington DC untuk meryakan peringatan 70 tahun aliansi tersebut.
Pada pekan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pergi ke Turki, di mana Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu bersikeras untuk melanjutkan pembelian S-400.
"Kami memiliki perjanjian dengan Rusia dan kami terikat olehnya," katanya.
Hubungan Turki dengan AS semakin runcing ketika Presiden Donald Trump memberlakukan tarif impor sehingga menjatuhkan nilai tukar lira.