Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayat dan Jebakan Bergelimpangan di "Kekhalifahan" Terakhir ISIS

Kompas.com - 26/03/2019, 14:26 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Daily Mail

BAGHOUZ, KOMPAS.com - Sudah empat hari sejak Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dideklarasikan telah kalah olah aliansi milisi Kurdi dan Arab.

Kini yang tersisa adalah hamparan wilayah kosong dengan truk yang penuh peluru, mobil terbakar, robekan tenda, hingga senapan serbu AK-47 yang berkarat.

Dilaporkan AFP via Daily Mail Senin (25/3/2019), Pasukan Demokratik Suriah (SDF) mengklaim kemenangan atas desa Baghouz Sabtu pekan lalu (23/3/2019).

Baca juga: Tak Dukung Pengadilan Internasional, AS Desak Pemulangan Anggota Asing ISIS

Salah satu anggota SDF Hamid Abdel Aal menceritakan bagaimana momen-momen terakhir ISIS mundur dari perkemahan ke sebuah petak dekat Sungai Eufrat.

"Kami sampai pada malam harinya dan mendirinkan barikade. Pagi harinya, mereka menyerang dan menempatkan sniper (penembak runduk)," kata Aal.

Bertahan mati-matian melindungi "kekhalifahan" mereka, ISIS menggunakan sniper, roket, bom bunuh diri, hingga mengerahkan anggota perempuan guna angkat senjata.

Selama empat jam, SDF yang didukung koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) terus mendesak ISIS hingga mereka mundur di tepian sungai.

Pria berusia sekitar 30-an itu mengatakan delapan anggota ISIS meledakkan diri. Sementara satu orang lagi memilih untuk menyerah kepada SDF.

Aal, pejuang dari Hassakeh, kemudian menunjukkan berbagai "ornamen" yang diperolehnya selama bergabung dengan SDF dan memerangi ISIS sejak 2016 silam.

Dia menunjukkan bekas luka di bagian tubuh kanan yang berasal dari tembakan ketika dia merebut ibu kota de facto ISIS di Raqqa, Suriah.

Anggota SDF lain yang bernama Omar juga mengenang momen krusial di Baghouz. Dia menyebut SDF bergerak maju setelah mendapat serangan udara AS.

Namun para anggota ISIS bakal menyerang secara sporadis. "Mereka menggunakan bom bunuh diri dengan bersembunyi di terowongan," ucapnya.

Kebanyakan teroris yang memutuskan bertahan di Baghouz berasal dari negara asing seperti Kazakhstan, Perancis, Arab Saudi, dan Irak.

Minggu (24/3/2019) atau sehari setelah deklarasi kemenangan, puluhan anggota ISIS yang tersisa, masih mengenakan penutup wajah, keluar dari persembunyian.

Baca juga: SDF Serukan Bentuk Pengadilan Internasional untuk Para Tersangka ISIS

"Selama ini, mereka bersembunyi di bukit hingga goa. Itu normal. Anda bisa melihat mereka sedang merayap di parit," papar Omar.

Selain kendaraan yang hangus hingga kompor bekas, terdapat mayat hingga jebakan seperti ranjau yang bergelimpangan di Baghouz.

Daily Mail memberitakan, terdapat dua mayat yang diduga adalah anggota ISIS tergeletak, plastik biru berisi peledak, hingga buku dengan huruf Cyrillic.

Hisham Haroun menuturkan, ketika pertama kali berkuasa pada 2014, ISIS adalah kelompok ekstremis kuat dengan pengalaman dan strategi militer mumpuni.

Namun pada akhirnya, mereka seperti Tom dan Jerry. Seperti tikus yang tersudut dan tidab berdaya di hadapan si kucing," terangnya.

Baca juga: Irlandia Rancang Upaya Pemulangan Mantan Tentara yang Gabung ISIS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com