Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Negara Maju Masih Kampanyekan Etika di Ruang Publik

Kompas.com - 26/03/2019, 14:03 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Sejumlah perilaku kurang pantas terlihat saat uji coba moda raya terpadu (MRT) Jakarta beberapa waktu. Ada yang bergelantungan di pegangan tangan, menginjak kursi, hingga makan lesehan di lantai stasiun.

Perilaku tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada kerusakan fasilitas publik atau mengotori lingkungan.

Hal-hal itu tidak hanya dilakukan oleh masyarakat biasa, tetapi juga segelintir Selebgram saat diminta untuk memperkenalkan MRT kepada para followers-nya.

Foto mereka diunggah ke media sosial dan viral di media sosial. Dalam hitungan singkat, banyak komentar bernada negatif dilayangkan.

Sebagian dari mereka menyayangkan kemajuan moda transportasi yang ada tidak dibarengi dengan kemajuan etika masyarakatnya.

Baca juga: Demi Anak-anak, Kak Seto Imbau Foto Keluarga Makan di Stasiun MRT Tak Diumbar

Namun, sebenarnya permasalahan etika di ruang publik seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia yang notabene baru memiliki moda transportasi semacam ini.

Jepang dan Hong Kong yang dikenal sebagai negara dengan kemajuan teknologi dan ekonomi juga masih mengampanyekan soal etika kepada pengguna MRT atau fasilitas publik lain. Padahal, selama ini warga Jepang dan Hong Kong dikenal tertib.

Operator fasilitas publik masih mengampanyekan etika yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta baik dan tidak baik dilakukan di ruang publik atau fasilitas umum.

Hal ini seperti memperlihatkan bahwa etika bukan hanya menjadi masalah dan perhatian di Tanah Air, melainkan juga negara maju.

Jepang

Negara yang dikenal dengan warganya yang tertib ini ternyata memiliki program kampanye khusus di bidang etika, khususnya untuk kawasan ibu kota, Tokyo.

Tokyo Good Manners Project (TGMP) adalah program yang dibuat sejak 2016. Program dibuat untuk memperkenalkan cara-cara baru dalam meningkatkan etika hidup di Tokyo sebagai kota metropolitan.

Misalnya, kebiasaan saling sapa, tertib berlalu lintas, tertib aturan dan membudayakan antre, menyeberang pada tempat yang telah disediakan, dan sebagainya.

Tujuan dari kampanye ini adalah untuk membuat Tokyo terlihat lebih menarik dengan perilaku masyarakat dan wisatawan yang teratur dan beretika.

Berdasarkan survei yang mereka lakukan, 64,9 persen turis menganggap masyarakat Tokyo memiliki etika yang baik.

Namun, justru hanya 24,6 persen masyarakat Tokyo yang menganggap dirinya demikian, 73,4 persen lainnya tidak menyebut diri mereka memiliki etika yang baik.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com