ABUJA, KOMPAS.com - Badan anti-korupsi Nigeria mengumumkan, mantan kepala dinas intelijen kini dicari setelah uang tunai sebanyak 43 juta dollar AS atau lebih dari Rp 609 miliar ditemukan di apartemen mewahnya.
Sebuah pengadilan di kota Lagos bulan lalu menerbitkan surat penahanan untuk Ayodele Oke, mantan kepala Badan Intelijen Nasional (NIA), dan istrinya setelah mereka tidak memenuhi panggilan pengadilan.
Komisi Kejahatan Ekonomi dan Keuangan (EFCC), pada Minggu (25/3/2019) malam mengatakan, pasangan ini sekarang resmi menjadi buronan.
Baca juga: Muhammadu Buhari, Sang Petahana yang Kembali Pimpin Nigeria
Para agen EFCC menggerebek sebuah apartemen di Osborne Road, kawasan Ikoyi, Lagos pada April 2017 dan menemukan uang tunai sebanyak 43.449.947 dollar AS.
Selain itu para agen EFCC juga menemukan uang tunai 27.800 poundsterling (Rp 519 juta) dan 23.218.000 naira (Rp 910 juta).
EFCC tidak menyebutkan kemungkinan keberadaan Ayodele dan istrinya. Namun, media lokal menyebut, keduanya kemungkinan sudah meninggalkan Nigeria.
Pada Januari lalu, pemerintah Nigeria menjatuhkan dakwaan korupsi untuk Ayodele dan istrinya serta seorang pejabat senior Babachir Lawal.
Lawal dituduh memberikan kongtrak di kawasan yang terdampak pemberontakan Boko Haram kepada perusahaan yang masih terkait dengan dirinya.
Baik Ayodele maupun Lawal adalah orang dekat Presiden Muhammadu Buhari, sehingga kasus ini menjadi ujian keseriusan pemerintah memerangi korupsi.
Baca juga: Warga Nigeria Habiskan Rp 40 Juta untuk Buat Visa Palsu
Buhari (76) terpilih kembali menjadi presiden untuk masa jabatan empat tahun ke depan usai memenangi pemilihan umum bulan lalu.
Saat mulai menjabat pada 2015, Buhari berjanji akan memberantak korupsi tetapi dia kemudian dituduh menggunakan alasan pemberantasan korupsi untuk memburu musuh politiknya.