BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Aqua

Melihat Inovasi Negara Maju Perangi Penggunaan Plastik, Seperti Apa?

Kompas.com - 04/03/2019, 08:05 WIB
Mico Desrianto,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kecenderungan masyarakat menggunakan kemasan berbahan plastik menjadi tantangan bersama negara-negara di dunia. Dari tahun ke tahun, produksi sampah atau limbah plastik di dunia terus meningkat.

Berdasarkan data dari ScienceMag, pada 1950 produksi sampah plastik dunia ada di angka 2 juta ton per tahun. Sementara 65 tahun setelah itu, pada 2015 produksi sampah plastik sudah ada di angka 381 juta ton per tahun.

Angka ini meningkat lebih dari 190 kali lipat dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,8 ton per tahun. Jika terus dibiarkan, diprediksi sampah plastik akan mendominasi hingga merusak lingkungan dan ekosistem laut.

Dianggap meresahkan, kini banyak negara telah memutar otak demi mengurangi penggunaan plastik. Hasilnya pun beragam, bahkan di antaranya mampu mengubah limbah plastik menjadi sesuatu yang berguna.

1. Jadi bahan aspal

Siapa yang sangka negara bagian Australia seperti Tasmania memiliki inovasi yang tak biasa dalam mengolah dan memberdayakan sampah plastik. Alih-alih berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), beragam jenis sampah plastik sekali pakai disulap menjadi bahan aspal untuk jalan raya.

Diwartakan Kompas.com (11/12/2018), dengan komposisi 173.600 kantong  plastik dan 82.500 botol plastik sekali pakai, Tasmania berhasil membangun jalan sepanjang 500 meter. Belakangan, inovasi ini turut dilakukan India dengan menggunakan sampah plastik hasil pemberian nelayan untuk dijadikan jalan raya.

2. Melarang kantong sekali pakai

Resah melihat ketergantungan masyarakat akan kemasan plastik, mulai tahun ini Korea Selatan resmi melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai kepada 2.000 supermarket besar dan 11.000 toko dengan luas 165 meter persegi atau lebih.

Seperti dimuat Kompas.com (31/12/2018), pemerintah Korea Selatan menerapkan aturan tersebut secara serius dengan memberlakukan denda hingga 3 juta won atau sekitar Rp 38,7 juta bagi yang kedapatan melanggar.

Usaha Korea Selatan ini melanjutkan tren negara-negara maju seperti Australia, Inggris, Perancis, China, Selandia Baru, dan Belanda yang melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai.

3. Bebas penggunaan plastik di udara

Tak kalah uniknya, kampanye mengurangi penggunaan plastik juga merembet ke dunia aviasi. Salah satu maskapai penerbangan di Portugal, baru saja menerapkan kebijakan serupa dengan meniadakan plastik sekali pakai dalam penerbangannya.

Diberitakan Kompas.com (30/12/2018), maskapai tersebut mengklaim bahwa empat penerbangan uji coba tersebut akan mengurangi sebanyak 350 kilogram sampah plastik. Konsekuensinya, benda-benda seperti gelas, sendok, botol minuman, serta bungkus makanan dan sebagainya akan ditiadakan.

Sebagai gantinya benda-benda tadi akan digantikan dengan bahan bambu, kertas, dan bahan-bahan lain yang dapat dipakai atau didaur ulang.

Bagaimana dengan Indonesia?

Tak mau kalah dengan negara lain, Indonesia juga gencar mengkampanyekan pengurangan kemasan berbahan plastik. Dari pemerintah pusat, daerah, lembaga swasta hingga produsen telah mengupayakan beragam cara agar volume sampah plastik nasional bisa ditekan.

Beberapa daerah di Indonesia kini gencar memerangi penggunaan kemasan plastik dengan membuat berbagai peraturan. Mengawali tahun 2019 provinsi seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan lainnya telah melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai.

Kepedulian akan masalah sampah plastik juga ditunjukan Aqua lewat produknya. Efektif tahun ini, Aqua menghadirkan produk 1,1 liter dengan botol ramah lingkungan yang 100 persen bahan hasil daur ulang.

Kemasannya juga dapat kembali didaur ulang sehingga sangat efisien, tanpa tanpa label dan tanpa motif tambahan.

Upaya Aqua tersebut menjadi inovasi pertama di Indonesia dan sejalan dengan konsep ekonomi sirkuler yang tengah digalakkan perusahaan dunia demi mengurangi limbah plastik.

Mengingat dampak sampah plastik yang sangat membahayakan bagi lingkungan, maka tak mengherankan banyak negara berlomba melakukan inovasi demi mengurangi penggunaan kemasan berbahan plastik, sebagai cara mengurangi sampah plastik.

Ke depannya, bukan tidak mungkin akan muncul inovasi baru sebagai solusi untuk masyarakat agar #bijakberplastik.


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com