Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Diduga Hendak Bagikan Teknologi Nuklir Sensitif ke Arab Saudi

Kompas.com - 20/02/2019, 12:28 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC,AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sebuah laporan menyatakan pemerintah Amerika Serikat (AS) diduga menjual teknologi nuklir kepada Arab Saudi.

Karena itu, komite House of Representatives yang didominasi oposisi Demokrat mulai menggelar investigasi untuk memastikan kebenaran isu itu.

Dilansir BBC Selasa (19/2/2019), sejumlah pelapor mengemukakan kepada Komite Kelalaian dan Reformasi soal rencana Gedung Putih membangun reaktor nuklir di Saudi.

Baca juga: Empat Kapal Induk China Disebut Bakal Bertenaga Nuklir demi Imbangi AS

Pelapor tersebut menjelaskan, langkah itu bisa menimbulkan gejolak di Timur Tengah jika reaktor tersebut digunakan untuk memproduksi senjata.

Elijah Cummings, Chairman Komite Kelalaian dan Reformasi House berkata, dia sudah meminta Gedung Putih menyerahkan beberapa dokumen.

Di antaranya adalah dokumen pertemuan Presiden Donald Trump dengan pengembang reaktor nuklir pada 12 Februari untuk mendiskusikan pengembangan nuklir.

Dan menantu sekaligus penasihat Trump Jared Kushner bakal berkeliling Timur Tengah untuk membahas manfaat ekonomi rencana perdamaian sang presiden.

Laporan awal dari komite menyatakan sebuah perusahaan swasta secara agresif melakukan tekanan agar transfer teknologi itu bisa dilaksanakan.

Perusahaan itu bermaksud meraup untung hingga miliaran dollar AS dengan membuka dan mengoperasikan reaktor nuklir di Saudi.

"Entitas swasta itu baru-baru ini telah menjalin hubungan dan berkalo-kali beraudiensi dengan pemerintahan Presiden Trump," ulas laporan itu dilansir AFP.

Washington tidak serta-merta bisa membagikan teknologi nuklir mereka dengan negara lain tanpa mencapai apa yang disebut Kesepakatan Seksi 123.

Seksi tersebut secara ringkas menyatakan sebuah negara harus menjamin nuklir yang dibagikan ditujukan hanya untuk kepentingan energi saja.

Riyadh telah berujar mereka ingin menggunakan nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi selain mengandalkan minyak Bumi.

Baca juga: Ikuti AS, Putin Tangguhkan Perjanjian Nuklir Era Perang Dingin

Namun berdasar pemberitaan AS, ada dugaan Saudi ingin menyaingi rival Timur Tengah mereka Iran yang juga mengembangkan nuklir.

Negosiasi terakhir terkait alih teknologi nuklir AS berakhir dengan keengganan Saudi untuk menyepakati jaminan tidak mengubah fungsi reaktor untuk membuat senjata.

Tetapi ProPublica memberitakan jaminan itu bukan bersifat mengikat bagi pemerintahan Trump, sehingga memunculkan kekhawatiran Saudi bakal membuat bom nuklir.

Investigasi komite House akan menentukan apakah pemerintah bertindak atas kepentingan nasional atau menyenangkan swasta.

Komite bakal menanyai calon operator nuklir, "sosok kunci" yang mengusulkan, Kementerian Perdagangan, hingga Badan Intelijen Pusat (CIA).

Baca juga: Intelijen AS Yakin Korea Utara Tak Akan Lucuti Semua Senjata Nuklir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com