Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peralatan Medis Kurang Memadai, Bayi Berkepala Dua di Yaman, Khaleq dan Rahim, Meninggal

Kompas.com - 11/02/2019, 13:34 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

SANAA, KOMPAS.comBayi kembar siam berkepala dua yang ada di Yaman dilaporkan meninggal setelah tidak mendapat perawatan memadai.

Dokter sudah mewanti-wanti, Abdel Khaleq dan Abdel Rahim yang berusia dua pekan tidak akan selamat dengan kondisi peralatan medis di Yaman.

Baca juga: Khaleq dan Rahim, Bayi Berkepala Dua di Yaman yang Menanti Diselamatkan...

Dikutip The Independent pada Minggu (10/2/2019), Khaleq dan Rahim yang dirawat di Rumah Sakit Al-Thawra Sanaa harus segera dibawa keluar.

"Mereka harus dievakuasi secepatnya. Mereka tidak akan mampu bertahan di sini," ujar Kepala Unit Neonatal Al-Thawra Dr Faisal al-Balbali.

Karena pengepungan yang dilakukan koalisi pimpinan Arab Saudi, bocah yang dempet tubuh itu hanya mendapat perawatan MRI. Namun, upaya untuk membawa mereka keluar terganjal penutupan bandara bagi penerbangan komersial karena wilayah udara Yaman dikuasai koalisi.

Saat ini, hanya pesawat di bawah bendera PBB yang diizinkan mendarat, dengan Bandara Sanaa merupakan faktor kunci perundingan damai di Stockholm pada Desember 2018.

Organisasi Pusat Bantuan dan Kemanusiaan Raja Salman dilansir SPA telah menawarkan untuk menangani dua anak itu, tetapi tidak ada cara melewati blokade Saudi.

Dalam pernyataan kementerian kesehatan dikutip media Houthi Saba via Telegraph, kematian Khaleq dan Rahim menggambarkan situasi kemanusiaan di Yaman.

Saat ini, Yaman hampir memasuki empat tahun masa peperangan antara Houthi yang disokong dengan koalisi Saudi sejak 2015.

Konflik yang berawal dari terjungkalnya Presiden Abd-Rabbo Mansour Hadi itu telah menewaskan puluhan ribu orang dan menghancurkan infrastruktur.

Kolapsnya ekonomi membuat jutaan rakyat Yaman kelaparan. Perundingan yang dipimpin PBB bertujuan menghasilkan gencatan senjata bagi kedua belah pihak.

Harapannya, blokade terhadap Bandara Sanaa dan Pelabuhan Hodeidah di Laut Merah bisa diakhiri sehingga bantuan kemanusiaan dapat masuk.

Baca juga: Pemerintah Jepang Cegah Seorang Jurnalis yang Ingin Liputan ke Yaman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com