Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usir Intervensi AS, Maduro Sibuk Kumpulkan 10 Juta Tanda Tangan

Kompas.com - 07/02/2019, 14:22 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP,TASS

CARACAS, KOMPAS.com - Terganggu oleh campur tangan Amerika Serikat terhadap politik di Venezuela, Presiden Nicolas Maduro berupaya galang dukungan rakyat melalui 10 juta tanda tangan.

Diwartakan AFP, warga terlihat berkumpul di alun-alun Bolivar pada Rabu (6/2/2019) untuk ambil bagian dalam kampanye tanda tangan.

Tanda tangan tersebut merupakan bentuk dukungan mereka guna mendesak AS hentikan ancaman intervensi terhadap pemerintahan Maduro.

Baca juga: Tolak Bantuan Kemanusiaan, Presiden Venezuela: Kami Bukan Pengemis

"Saya berterima kasih kepada rakyat yang datang ke alun-alun Bolivar di Venezuela untuk menandatangani petisi dan berbicara melawan intervensi AS terhadap urusan tanah air kita," katanya, seperti dikutip dari TASS.

"Ini merupakan perwujudan dari kasih dan kesadaran yang luar biasa," kicaunya di Twitter.

"Kami akan mengumpulkan 10 juta tanda tangan untuk perdamaian," serunya.

Kampanye pengumpulan tanda tangan untuk mengusir intervensi pemerintahan Donald Trump awalnya sudah dimulai di Caracas.

Maduro pernah melakukan kampanye 10 juta tanda tagan untuk melawan sanksi AS terhadap Venezuela pada 2015 silam.

Seperti diketahui, AS, Kanada, sebagian besar negara Amerika Latin dan Eropa mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara.

Negara-negara tersebut juga mendesak digelarnya pemilu presiden baru untuk menyingkirkan Maduro.

Bantuan kemanusiaan juga akan dikirim ke negara itu, namun Maduro menolaknya.

Baca juga: Maduro Mengaku Tulis Surat kepada Paus Fransiskus untuk Memohon Bantuan

Militer Venezuela membuat barikade pada sebuah jembatan perbatasan dengan Kolombia untuk mencegah masuknya bantuan kemanusiaan.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuntut agar militer Venezuela membiarkan bantuan kemanusiaan yang didukung AS masuk ke negara tersebut.

Namun, Maduro menilai bantuan tersebut merupakan kedok AS untuk melakukan invasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP,TASS
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com