WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Beredar ancaman untuk memboikot produk Starbucks di Amerika Serikat.
Ancaman itu menjurus pada rencana mantan CEO perusahaan kedai kopi itu, Howard Schultz, yang berambisi bersaing dalam pemilu presiden AS pada 2020.
Diwartakan Newsweek, Senin (28/1/2019), Schultz sebelumnya menyatakan keseriusannya untuk mencalonkan diri sebagai presiden AS secara independen.
Baca juga: Mantan Bos Starbucks Ingin Bersaing dalam Pemilu Presiden AS
Namun, pencalonannya tersebut dapat membagi suara dalam pemilu AS 2020 sehingga berpotensi memenangkan Donald Trump.
Trump bisa terpilih kembali karena adanya kandidat dari pihak ketiga yang dapat mengurangi suara capres dari Partai Demokrat.
"Tolong jangan. Bangsa kita menghadapi krisis serius akibat tindakan Donald Trump, dan Anda akan membagi suara yang melawannya," kicau mantan jaksa federeal Renato Mariotti di Twitter.
Sebagian anggota Partai Demokrat menentang rencana Schultz untuk maju dalam pemilu presiden. Sebagian orang menyebutnya sebagai "proyek kesombongan".
I will not only #BoycottStarbucks if Howard Schultz runs for President as an independent, but stand outside everyday protesting.
His ego and selfishness is disgraceful. https://t.co/pc88l5KYl6
— Nate Lerner (@NathanLerner) 26 Januari 2019
"Dia harus melihat ke cermin suatu hari dan memutuskan apakah dia ingin menjadi bagian dari solusi atau bagian dari masalah," kata mantan juru bicara kampanye kepresidenan Hillary Clinton, Jesse Ferguson.
"Sementara rakyat AS tidak menyukai dengan sistem dua partai, mereka bagkan tidak bersemangat dengan partai seamcam ini," imbuhnya, seperti dikutip dari Business Insider.
Lembaga think tank Centre for American Progress juga mendukung aksi boikot terhadap Starbucks.
"Proyek kesombongan yang menghancurkan demokrasi adalah hal menjijikkan," ujar Neera Tanden, presiden lembaga tersebut.
"Jika dia ikut pilpres, saya akan memulai boikot Starbucks karena saya tidak memberikan satu sen pun ke kantong pria yang akan membantu Trump menang," imbuhnya.
No one wants you. The only thing you will unite this country in is a mass boycott of Starbucks.
— Sarah Kendzior (@sarahkendzior) 28 Januari 2019
Sebelumnya, Schultz mengaku serius mempertimbangkan pencalonan dirinya sebagai presiden dalam pemilu 2020.
Baca juga: Blokir Konten Pornografi, Starbucks Diboikot Situs Video Dewasa
"Kita hidup di masa yang paling rapuh," katanya dalam wawancara di program CBS "60 Minutes", tayang pada Minggu (27/1/2019).
"Bukan hanya fakta bahwa presiden ini tidak memenuhi syarat untuk menjadi presiden, tapi fakta kedua belah pihak secara konsisten tidak melakukan apa yang diperlukan atas nama rakyat," tuturnya.
"Mereka terlibat dalam politik balas dendam setiap hari," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.