Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membedah Mitos akan Efek Magis Tatapan Mona Lisa...

Kompas.com - 10/01/2019, 11:04 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lukisan Mona Lisa merupakan karya seni yang masih menjadi fenomena hingga saat ini. Hal yang membuatnya terkenal adalah senyuman dan tatapan mata perempuan dalam lukisan tersebut.

Seniman di balik karya masterpiece ini adalah seniman Italia, Leonardo da Vinci. Awalnya, seorang bangsawan Italia Francesco del Giacondo meminta da Vinci untuk melukis wajah istrinya, Lisa Gherardini.

Setelah menyelesaikan tugasnya, da Vinci tak memberikan lukisan itu kepada pemesannya. Dia membuat lukisan Mona Lisa sejak 1503 hingga mendekati kematiannya pada 1519.

Leonardo da Vinci mencoba membuat sedetail mungkin di setiap goresan dalam Mona Lisa. Untuk mewujudkan itu, da Vinci sampai membedah mata mayat manusia untuk mempelajari detail di pusat retina.

Baca juga: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Kejeniusan Leonardo Da Vinci?

Sampai sekarang, jika seorang melihat lukisan itu akan merasakan terpana. Bahkan ada satu pendapat jika seseorang mengalihkan pandangan, lukisan itu tersenyum singkat kepadanya.

Selain itu, seperti ada efek bahwa mata Mona Lisa mengikuti orang yang melihatnya ketika bergerak ke depan atau ke samping.

Mungkin ini disebabkan semasa hidupnya, Leonardo yang juga dikenal sebagai penemu itu selalu membawa buku catatan untuk mendalami detail akan obyek yang akan dilukisnya.

Sepanjang perjalanan Firenze atau Milan, dia selalu membuat sketsa ekpsresi dan emosi orang-orang.

Da Vinci pun menghubungkan hal itu dengan perasaan batin yang dialami. Kondisi itulah yang mejadikan karya lukisannya seakan-akan bisa hidup.

Efek Mona Lisa

Efek magis dianggap banyak orang menyelimuti lukisan Mona Lisa. Namun, sebuah penelitian dari Cluster of Excellence Cognitive Interaction Technology (CITEC) di Bielefeld University, Jerman menunjukkan jawaban lain.

Dilansir dari situs sains eurekalert.org, seorang akan merasa dilihat oleh perempuan dalam lukisan tersebut jika berada tepat lurus di depannya yakni pada posisi 0 derajat.

Bahkan, ketika seseorang bergeser pada posisi samping masih seperti merasa sedang dilihat Mona Lisa.

Semua itu akan kembali normal jika seseorang melihatnya dalam posisi yang berbeda, dari sudut lain.

Faktor utamanya adalah goresan dan detail lukisan yang diberikan Leonardo da Vinci hampir menyerupai aslinya. Akibatnya, seolah-olah penonton bisa merasakan efek mata yang mengikuti ke mana pun orang yang melihatnya berada.

Baca juga: Mitologi dan Fakta soal Duyung: dari Siren, Columbus, hingga Manatee

Menguji tatapan Mona Lisa

Untuk menguji dan mematahkan persepsi bertahun-tahun ini, peneliti dari Bielefeld University, Jerman  meminta 24 peserta untuk melihat Mona Lisa berada di layar komputer dan melihat arah pandangannya.

Para peserta diberikan posisi beberapa sentimeter di depan monitor. Penggaris lipat diletakkan antara mereka dengan monitor.

Peserta bisa melihat tatapan Mona Lisa dengan leluasa dan diminta melihat seluruh bagian dari mata, hidung dan semua bagian kepalanya.

Setiap gambar akan ditampilkan tiga kali dan para peneliti mengubah jarak pandang dari monitor. Hasilnya ternyata para peserta memiliki kesan bahwa tatapan Mona Lisa diarahkan ke sudut kanan mereka.

Maka dari itu, istilah efek Mona Lisa dianggap hanya persepsi mata. Ini menjadikan orang yang belum melihat menjadi terpengaruh efek Mona Lisa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com