Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wawancara Jubir Taliban dalam Siaran Langsung, TV Afghanistan Dikecam

Kompas.com - 21/12/2018, 17:21 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KABUL, KOMPAS.com - Sebuah kanal televisi di Afghanistan menuai kecaman setelah mewawancarai juru bicara kelompok Taliban.

Dalam siaran langsung pada 19 Desember, 1TV mewawancarai Zabilullah Mujahid melalui sambungan telepon dan membahas tentang pertemuan Taliban dengan Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Jika Anda Taliban, Natal Datang Lebih Awal

Dilansir Radio Free Europe Kamis (20/12/2018), AS dan Taliban bertemu selama tiga hari Uni Emirat Arab (UEA) untuk membahas akhir dari 17 tahun konflik Afghanistan.

Dalam wawancara itu, Mujahid tidak memberikan perkembangan baru terkait negosiasi itu. Dia menyebut negosiasi fokus kepada akhir dari pendudukan negara asing.

Dalam wawancara berdurasi 12 menit, Mujahid menyebut keberadaan pasukan asing ilegal dan menuduh mereka melaksanakan serangan udara dan kekejaman kepada warga sipil Afghanistan.

"Taliban tak menargetkan warga sipil. Jika ada korban, itu karena mereka tak sengaja masuk dalam daerah serangan," kata Mujahid.

Setelah wawancara itu, jurnalis Afghanistan Farzad Lami di Twitter menyebut memberikan tempat kepada Taliban untuk menyuarakan pendapat adalah hal yang memalukan.

"1TV telah kehilangan kredibilitasnya," kecam Lami. Warga Kabul Habibullah Sakhizada di Facebook menulis wawancara itu telah menghina korban Taliban.

Sementara netizen lainnya Mehran Arian menulis wawancara itu telah melawan kepentingan negara. "Seharusnya petinggi 1TV dihukum karena berkhianat," sebutnya.

"Memberi jam prime-time kepada Taliban telah menghina korban Taliban maupun para pahlawan kami telah gugur," ulas ekonom setempat Rafi Fazil.

1TV merupakan satu dari dua televisi yang disebut Taliban sebagai "sarang intelijen" pada 2015, dan mendeklarasikan karyawan mereka layak diserang.

Sementara satu kanal lainnya, Tolo TV, harus kehilangan tujuh karyawannya yang tewas karena menjadi korban bom bunuh diri di bus pada Januari 2016.

Komite Perlindungan Jurnalis menyatakan Afghanistan merupakan negara paling mematikan bagi jurnalis pada 2018 ini dengan 15 wartawan dan pekerja media tewas.

Baca juga: Utusan Perdamaian AS Ragu Taliban Ingin Akhiri Perang di Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com