Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Hideki Tojo, PM Jepang Era Perang Dunia II

Kompas.com - 19/12/2018, 23:21 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Hideki Tojo merupakan jenderal sekaligus Perdana Menteri Kekaisaran Jepang pada periode 1941 hingga 1944.

Dia merupakan perdana menteri di masa Perang Dunia II dan terlibat dalam operasi militer yang berlangsung di kawasan Pasifik.

Tojo bertanggung jawab karena memerintahkan serangan ke pangkalan Amerika Serikat (AS) di Pearl Harbor dan menyeret AS ke kancah Perang Dunia II.

Baca juga: Ketika Sinterklas Berlutut di Hadapan Veteran Perang Dunia II

Berikut merupakan biografi dari Hideki Tojo yang dilansir dari berbagai sumber:

1. Masa Kecil dan Karir Militer
Tojo lahir pada 30 Desember 1884 di distrik Kojimachi, Tokyo, dan merupakan putra ketiga Hidenori Tojo, Letnan Jenderal Tentara Kekaisaran Jepang.

Berasal dari keluarga kasta samurai, Tojo menempuh pendidikan di era Meiji yang bakal mempersiapkannya menjadi seorang tentara.

Saat sekolah, Tojo adalah siswa biasa. Namun dia berhasil menutupinya dengan kerja keras, keras kepala, dan begitu militan.

Dia masuk Akademi Militer Jepang pada 1899, dan lulus sebagai Letnan Dua pada Maret 1905 setelah menempati peringkat 10 dari 363 kadet.

Setelah lulus, dia bertugas di infanteri. Saat itu, Jepang dan Rusia menandatangani Traktat Portsmouth untuk mengakhiri Perang Rusia-Jepang (1904-1905).

Baca juga: George HW Bush: Dari Pilot Perang Dunia II hingga Jadi Presiden AS

Perjanjian yang dimediasi oleh AS itu tidak memuaskan Jepang karena perang berhenti di saat Tokyo belum berhasil menaklukkan Siberia.

Kebanyakan warga Jepang yakin Presiden AS Theodore Roosevelet yang memediasi perundingan sengaja melakukan kecurangan terhadap mereka.

Termasuk Tojo yang begitu tidak suka dengan AS. Hanya sedikit orang Jepang yang menyadari jika perang diteruskan, negaranya bisa bangkrut.

Tojo kemudian ditugaskan di Siberia pada 1918-1919 sebagai bagisn dari ekspedisi militer untuk mengintervensi Perang Sipil Rusia.

Setelah itu, dia menjabat sebagai atase militer di Jerman selama 1919 sampai 1922. Karena sering berlatih, para perwira Jepang begitu dipengaruhi intelektual militer Jerman.

Ketika masa tugasnya selesai, dia sempat berkeliling AS menggunakan kereta. Kunjungan pertama dan terakhir itu rupanya memberikan pandangan negatif.

Tojo melihat orang Amerika materialistik, lunak, dan hanya berusaha mengejar uang serta gaya hidup hedonis seperti seks dan berpesta.

Baca juga: Jepang Berencana Punya Kapal Induk Pertama sejak Perang Dunia II

Pada 1924, Tojo begitu tersinggung setelah Kongres AS mengesahkan Undang-undang Pengetatan Imigrasi berisi larangan orang Asia masuk ke sana.

Saat itu, baik anggota Kongres maupun Senat mengemukakan secara gamblang mereka sengaja melarang karena orang Asia lebih giat bekerja daripada orang kulit putih.

Dalam tulisannya, dia secara getir menumpahkan isi hatinya dengan mengatakan orang Amerika tak akan menganggap orang Asia setara.

"Jika peraturan itu menunjukkan betapa kuatnya kepentingan pribadi mereka. Jepang juga harus kuat supaya bisa bertahan hidup di dunia ini," tulis Tojo.

Karirnya kemudian menanjak dengan menjadi Kolonel, kemudian Mayor Jenderal dan menjabat sebagai Kepala Departemen Personel.

Menjadi perwira tinggi, dia merupakan salah satu sosok yang menginisiasi persekutuan dengan Jerman dan Italia, dan menyadari pentingnya Jepang menguasai kawasan Timur secepatnya.

Baca juga: PM Jepang Ingin Bahas Perjanjian Damai Perang Dunia II dengan Putin

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com