Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UEA, Arab Saudi, Bahrain, dan Mesir Pernah Berniat Menginvasi Qatar

Kompas.com - 18/12/2018, 20:58 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

DOHA, KOMPAS.com - Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, Bahrain, dan Mesir pernah berencana untuk menginvasi Qatar pada 1996. Demikian pengakuan seorang komandan tentara bayaran asal Perancis.

Berbicara kepada Al Jazeera, Paul Barrell mengatakan, dia sendiri yang memimpin rencana invasi seteah sebuah upaya kudeta gagal menggulingkan keluarga kerajaan Qatar.

Barrell menambakan, UEA memberikan dukungan besar bagi dirinya untuk menggelar operasi tersebut.

UEA bahkan menampung Barrell dan teman-temannya di hotel InterContinental di Abu Dhabi tempat senjata yang akan digunakan disimpan.

Baca juga: Emir Qatar Ogah Hadiri KTT Teluk di Arab Saudi

Barrell menambahkan, dia dan teman-temannya bahkan mendapatkan paspor resmi UEA untuk memfasilitasi operasi tersebut.

"Sebanyak 40 personel militer terlatih sudah bersama saya untuk mempersiapkan serangan," kenang Barrell.

Barrell menatakan, senjata yang akan digunakan dikirim dari Mesir dan tim militer yang akan melaksanakan operasi termasuk para perwira Qatar di pengasingan.

Sementara, Arab Saudi mempersiapkan para pejuang suku dan Bahrain akan digunakan sebagai penghubung bagi Barrell dan tim komunikasi yang mengawasi operasi di Doha.

Barrell  mengungkapkan, pada awal 1996, dia sudah menggelar operasi tertutup untuk mengambil foto target serangan.

Di antara sasaran serangan adalah kediaman Sheikh Hamad, stasiun televisi pemerintah, dan fasilitas keamanan negara.

Selain itu, Barrell juga berhasil membawa sekitar 3.000 tentara Chad untuk ikut serta dalam serangan itu.

Dia mengaku, keterlibatan pasukan Chad termasuk dalam kesepakatan bernilai 20 juta dolar AS dengan Presiden Idriss Deby.

Barrell yang kini berusia 70 tahun itu memakan biaya total tak kurang dari 100 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,4 triliun.

Namun, operasi itu batal digelar. Mengapa? Barrell mengatakan, presiden Perancis saat itu Jacques Chirac meneleponnya secara pribadi.

Lewat telepon itu, Chirac meminta Barrell menghentikan "kebodohan" yang akan dia lakukan.

Barrell mengatakan, jika operasi itu jadi dilaksanakan maka yang akan terjadi adalah sebuah pembantaian dengan korban jiwa amat tinggi.

Baca juga: Raja Salman Undang Emir Qatar Ikut Pertemuan Negara Teluk

Batalnya operasi ini membuat para pemimpin Arab murka dan kemudian ganti mengincar Barrell.

Sebulan setelah batalnya invasi ke Qatar, Barrell lolos dari percobaan pembunuhan di Roma, Italia. Dia yakin dalang upaya pembunuhannya adalah pemerintah Arab Saudi.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com