Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Kim Jong Il, Pemimpin Tertinggi Kedua Korut

Kompas.com - 17/12/2018, 22:56 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

3. Menjadi Pemimpin Tertinggi Korut
Pada 8 Juli 1994, Kim Il Sung meninggal dalam usia 82 tahun karena serangan jantung. Meski sudah menjadi putra mahkota, butuh waktu bagi Kim untuk mengonsolidasikan kekuasaan.

Secara resmi, Kim merupakan bagian dari triumvirate bersama Perdana Menteri Choe Yong Rim dan Ketua Parlemen Kim Yong Nam.

Kim mengepalai militer, Choe mengomandai pemerintahan dan mengurus masalah internal, sementara Kim Yong Nam berurusan dengan luar negeri.

Baca juga: Puji Sang Penguasa, Anak-anak Korut Sebut Kim Jong Un sebagai Ayah

Namun pada praktiknya Kim mempunyai kekuasaan yang absolut baik pada pemerintahan maupun segala sektor di negara komunis tersebut.

Awal dia berkuasa, Uni Soviet bubar yang membuat Korut kehilangan partner berdagang utama. Hubungan dengan China merenggang setelah normalisasi Beijing dengan Korea Selatan (Korsel).

Banjir bandang pada 1995 dan 1996, ditambah kekeringan pada 1997, membuat tanah di Korut yang bisa ditanami hanya tersisa 18 persen.

Korut pun mulai mengalami kelaparan hebat. Khawatir akan kekuasaannya, Kim memperkenalkan kebijakan Utamakan Militer dengan segala sumber daya diprioritaskan ke militer.

Dengan menggenggam militer, maka Kim bisa melindungi dirinya dari ancaman baik domestik maupun luar di tengah ekonomi yang memburuk.

Kebijakan tersebut sempat meningkatkan perekonomian yang ditopang oleh praktik pasar bertipe sosialis, Korut masih mampu beroperasi meski mengandalkan bantuan makanan dari negara lain.

Untuk kebijakan luar negeri, Kim dikenal sebagai diplomat yang piawai dan penuh siasat. Pada 1994, Korut dan Amerika Serikat (AS) menyepakati Kerangka Kerja.

Baca juga: Kim Jong Un Ingin Memodernisasi Pabrik Kaca Taegwan

Melalui kesepakatan itu, Korut diperintahkan untuk membekukan program senjata nuklir sebagai ganti bantuan untuk membangun dua reaktor guna pembangkit listrik.

Kemudian setelah bertemu Menteri Luar Negeri AS Madeleine Albright, Kim menyetujui adanya moratorium terkait konstruksi rudal.

Namun pada 2002, pemerintahannya mengakui masih memproduksi nuklir sejak 1994. Presiden saat itu, George W Bush menyebut Korut sebagai "Poros Setan" bersama Irak dan Iran.

Rezim Kim berargumen memproduksi secara rahasia dibutuhkan untuk kebutuhan keamanan dengan merujuk kepada keberadaan senjata nuklir AS di Korsel.

Pada 9 Oktober 2006, kantor berita Korut (KCNA) mengumumkan Pyongyang telah berhasil menggelar tes nuklir di bawah tanah.

Baca juga: Kim Jong Un Sangat Gembira dengan Uji Coba Senjata Baru Korut

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com