Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perancis Desak Massa Rompi Kuning Tunda Demonstrasi

Kompas.com - 13/12/2018, 19:49 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP

STRASBOURG, KOMPAS.com - Pemerintah Perancis pada Kamis (13/12/2018) mendesak massa rompi kuning agar menunda demonstrasi pada akhir pekan ini, usai kasus penembakan di pasar Natal Strasbough.

Juru bicara pemerintah Perancis Benjamin Griveaux menyerukan agar pengunjuk rasa anti-pemerintah itu berpikir masuk akal, sambil menggarisbawahi pertumpahan darah di Strasbourg pada Selasa malam.

Saat ini, polisi di beberapa negara Eropa telah bergabung dalam perburuan tersangka utama penembakan yang menewaskan tiga orang dan melukai 13 lainnya.

Baca juga: Diawali Perdebatan Soal Wanita, Polisi Thailand Tembak Turis Perancis

"Pasukan keamanan telah dikerahkan secara ekstensif dalam beberapa pekan terakhir ini," katanya, seperti diwartakan AFP.

"Akan lebih baik jika semua orang mengurusi keperluan mereka dengan tenang pada Sabtu, sebelum perayaan akhir tahun dengan keluarga," tambahnya.

Massa di Perancis menggunakan jaket kuning untuk mengkritisi peningkatan pajak bahan bakar mulai 17 November lalu.

Kemudian, unjuk rasa meluas hingga menyinggung soal standar hidup yang tinggi. Mereka juga menilai Presiden Perancis Emmanuel Macron tidak peduli terhadap masalah warga biasa.

Demonstrasi itu terus berlangsung dalam beberapa waktu terakhir. Sebanyak enam orang tewas akibat aksi protes tersebut.

Korban jiwa terakhir berusia 23 tahun yang tewas tertabrak truk di dekat Avignon.

Terkait kasus penembakan di pasar Natal, pelaku penembakan diidentifikasi bernama Cherif Chekatt. Dia dilaporkan mengalami luka usai baku tembak dengan tentara yang patroli.

Namun, pria berusia 29 tahun itu berhasil kabur dan belum diketahui keberadaannya hingga kini.

Kepolisian Swiss membantu otoritas Perancis dengan memeriksa perbatasan, sementara Jerman menyebar wajah pelaku.

Baca juga: Beberapa Hal Terkait Penembakan Pasar Natal di Strasbourg

Chekatt berada dalam daftar pengawasan ekstremis dan telah dijatuhi hukuman 27 kali di tiga negara yaitu Perancis, Jerman, dan Swiss.

Pelaku yang lahir di Strasbourg itu rencananya akan ditangkap pada Selasa pagi, tepat ketika rumahnya juga digeledah.

Granat, senapan, dan empat pisau ditemukan dalam penggeledahan. Rencana penangkapan tersebut terkait dengan percobaan pembunuhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com