Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korsel Resah Pesawat Militer China Berulang Kali Masuk Wilayahnya

Kompas.com - 05/12/2018, 20:33 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

SEOUL, KOMPAS.com - Korea Selatan (Korsel) mengungkapkan keresahannya setelah pesawat militer China berulang kali masuk ke wilayah udaranya.

Otoritas Korsel menyatakan, pesawat China diduga Shaanxi Y-9 dan pesawat pengintai melintasi zona udara Korsel tanpa izin pada Senin pekan lalu (26/11/2018).

Dilaporkan SCMP Rabu (5/12/2018), pesawat itu memasuki Karang Socotra di Laut Jepang pukul 11.00 waktu setempat dan zona indetifikasi pertahanan Jepang 40 menit kemudian.

Baca juga: Korea Selatan Kirim Jet Tempur untuk Usir Pesawat Militer China

Pesawat itu kembali masuk wilayah udara Korsel dekat Pohang pukul 12.43 dan berbelok Zona Ekonomi Eksklusif yang memisahkan daratan utama dengan Pulau Ulleung.

SCMP memberitakan, pesawat yang akhirnya meninggalkan wilayah Korsel pukul 15.53 itu mengambil rute yang tidak lazim.

Sebab, zona pertahanan udara adalah wilayah yang tak dilindungi hukum internasional. Jadi, sebuah pesawat harus memberi tahu negara bersangkutan sebelum masuk.

Seoul memutuskan memanggil atase militer China di sana, Du Nongyo, ke kementerian pertahanan guna menyampaikan kekhawatiran mereka.

Angkatan Udara Korsel menyatakan, jumlah pesawat yang melintasi wilayah pertahanan udara mereka mengalami peningkatkan dari tahun ke tahun.

Pada 2016, jumlah pesawat China yang dilaporkan masuk 60 unit. Kemudian menjadi 70 pada 2017, dan meningkat hingga 110 berdasarkan data September 2018.

"Militer benar-benar memberikan perhatian penuh atas insiden ini," kata seorang perwira menengah Korsel yang tak disebutkan namanya itu.

Analis menyatakan, keberadaan pesawat pengintai Beijing itu merupakan bentuk respon mereka atas meningkatnya aktivitas Amerika Serikat (AS) di sana.

Mengirim pesawat militer ke seluruh kawasan menjadi sinyal bahwa China mengawasi dan bisa bertindak untuk melindungi kepentingan mereka di kawasan.

Profesor tamu di Universitas Nasional Pusan Ryo Hinata-Yamaguchi berkata, perilaku China adalah bagian dari strategi mereka mengembangkan pengaruh di Indo-Pasifik.

"Perundingan antara AS dengan Korea Utara (Korut) terkait denuklirisasi yang bisa saja kolaps tentu masuk ke dalam perhitungan mereka," ujarnya.

"Saya meyakini Korsel dan AS bakal kembali menggelar latihan perang skala besar jika perundingan dengan Korut gagal," lanjut Hinata-Yamaguchi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com