Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer AS Diizinkan Pakai Senjata Mematikan untuk Halau Migran

Kompas.com - 22/11/2018, 12:17 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber CNN

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan menerima memorandum kewenangan baru militer yang dikerahkan ke perbatasan.

Memo tersebut muncul ketika militer dikerahkan ke perbatasan dengan Meksiko untuk membantu menghalau migran dari Amerika Tengah.

Kepastian itu disampaikan Kementerian Pertahanan melalui juru bicaranya Letnan Kolonel Michelle Baldanza, diberitakan CNN Rabu (21/11/2018).

Baca juga: Halau Migran, Tentara AS Bakal Dipersenjatai Tongkat Pemukul

Dalam memo itu, Trump mengizinkan militer membantu petugas perbatasan dalam hal pengendalian massa, penahanan, hingga pencarian jika ada migran yang berulah.

"Militer diizinkan unjuk kekuatan (termasuk memakai senjata mematikan jika diperlukan) dalam upaya melaksanakan tugas perlindungan," demikian bunyi memo itu.

Sebelum memo yang ditandatangani Kepala Staf Gedung Putih John Kelly muncul, militer terikat oleh Undang-undang Posse Comitatum.

Dalam UU yang berlaku 18 Juni 1878, militer dilarang melakukan penegakan hukum sipil seperti menangkap, mencari, dan memenjarakan kecuali perintah dari presiden.

Militer yang ditempatkan di perbatasan tidak boleh membantu aparat penegak hukum kecuali diri mereka sendiri dalam bahaya.

Menteri Pertahanan James Mattis memberikan penjelasan mendetil tentang kewenangan pasukan AS dalam menanggulangi ancaman kericuhan.

Mattis berkata, jika ada petugas perbatasan yang terluka karena bentrok dengan migran, militer yang ada di dekatnya bisa memberikan bantuan.

Militer bakal mencari si pelaku dan menangkapnya. Setelah pelaku itu bakal diserahkan kepada polisi perbatasan untuk selanjutnya dijebloskan ke penjara.

"Dengan demikian, kami tidak melakukan pelanggaran UU Posse Comitatum karena kami tak melakukan penahanan," tutur menteri 68 tahun itu.

Memo itu keluar stelah laporan intelijen mengindikasikan adanya ancaman para migran bakal melakukan kekerasan kepada polisi perbatasan.

Menteri Keamanan Dalam Negeri Kirstjen Nielsen mengemukakan ada sekitar 6.200 orang migran yang telah memasuki Tijuana.

Baca juga: Usir Karavan Migran, Warga Kota di Meksiko Bentrok dengan Polisi

Jika digabung dengan kota lain seperti Mexicali, maka total migran bisa mencapai 8.000-10.000 orang. "Krisis ini sangat nyata, dan sedang berada di seberang tembok," papar Nielsen.

Saat ini ada sekitar 5.800 personel militer dengan durasi awal misi mencapai 15 Desember dan menghabiskan biaya 72 triliun dollar AS, atau Rp 1 triliun.

Trump pernah menyatakan bakal mengerahkan pasukan hingga 15.000 orang jika diperlukan untuk memukul mundur para migran itu.

"Mereka bangga berada di perbatasan. Mereka bangga melindungi negara ini. Mereka tidak akan membiarkan orang-orang itu masuk," tegasnya.

Baca juga: 100 Orang Karavan Migran Diculik Geng Kartel Narkoba Meksiko

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com