Namun, di darat Rusia memiliki keuntungan karena memiliki lebih dari 20.000 unit tank sedangkan NATO hanya diperkuat 10.000 tank.
Sayangnya, dari jumlah tank yang amat banyak itu, karena Rusia masih memasukkan ribuan tank buatan era Uni Soviet.
Kerugiannya, jika perang pecah tank-tank kuno ini butuh waktu berpekan-pekan untuk dibenahi agar siap bertarung.
Baca juga: Hadapi NATO, Rusia Kerahkan Tentara ke Perbatasan Baltik
Dan, meski sudah dianggap siap bertarung, tank-tank kuno ini kalah kelas dan persenjataan dibanding tank-tank modern milik NATO.
Di sisi lain, meski NATO memiliki superiorita s teknologi dan jumlah personel serta peralatan tempur, tetapi ada dua kelemahan besar di tubuh NATO.
Pertama, kekuatan militer NATO amat tergantung pada Amerika Serikat yang meski memiliki doktrin yang mampu memenangkan perang di dua front sekaligus tetapi mereka berada jauh dari Eropa.
Kekuatan terbesar militer AS tetap berada di negaranya, di seberang Samudera Atlantik.
Sehingga jika perang melawan Rusia pecah, maka pasukan AS di Eropa akan melakukan taktik defensif sambil menunggu bantuan dari "kampung halaman" yang bisa memakan waktu beberapa pekan.
Kelemahan kedua NATO adalah buruknya komitmen negara-negara anggotanya, terutama yang berada di Eropa, dalam pembiayaan aliansi ini.
Dari 29 anggota, hanya delapan negara yang menganggarkan dua persen dari GDP untuk kepentingan militernya.
Baca juga: Obama Jamin Solidaritas AS untuk Negara Baltik
Sehingga menimbulkan ketidakseimbangan komitmen di antara negara-negara anggota aliansi militer ini.
Meski banyak faktor yang memicu buruknya komitmen ini, banyak pengamat menilai anggota NATO sudah terlalu nyaman berada di dalam lindungan global AS.