Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/11/2018, 16:25 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

SEOUL, KOMPAS.com - Kementerian Pertahanan Korea Selatan akhirnya mengakui adanya tindakan kekerasan seksual yang dilakukan oleh tentara militer saat menindak aksi pemberontakan pro-demokrasi pada 1980.

Pernyataan kementerian pertahanan pada Rabu (7/11/2018) itu telah memecahkan keheningan yang terjadi selama beberapa dekade.

Menteri Pertahanan Korea Selatan Jeong Kyeong-doo membuat permintaan maaf publik atas rasa sakit dan luka mendalam yang dialami para korban tak berdosa yang menjadi sasaran kekerasan seksual oleh tentara yang menindak aksi protes terhadap kudeta militer oleh Jenderal Chun Doo-hwan.

"Hasil penyelidikan telah mengkonfirmasi adanya perkosaan, penyerangan dan penyiksaan secara seksual yang dilakukan oleh tentara darurat militer," kata Jeong Kyeong-doo dalam pernyataannya.

Baca juga: Demi Tekan Angka Perkosaan, Pemerintah Nepal Blokir 24.000 Situs Porno

Para korban kekerasan seksual tersebut termasuk remaja dan perempuan muda, serta wanita hamil dan pelajar yang bahkan tidak ambil bagian dalam aksi protes.

"Atas nama pemerintah dan militer, saya membungkuk sedalam-dalamnya dan menawarkan permintaan maaf saya untuk luka mendalam yang tak terkatakan juga rasa sakit yang dialami para korban yang tidak bersalah," lanjut Jeong.

Pada 1980, tentara darurat militer diperintahkan membubarkan aksi demonstrasi yang terjadi di kota Gwangju. Namun hal tersebut berubah menjadi aksi kekerasa terhadap peserta aksi yang disiksa dan dibunuh.

Menurut angka resmi yang dikeluarkan pemerintah, lebih dari 200 demonstran menjadi korban tentara darurat militer. Namun para aktivis menyebut jumlah korban mencapai tiga kali lipat.

Para tentara juga menyasar kaum perempuan yang kemudian menjadi korban perkosaan dan kekerasan seksual lainnya.

Selama berpuluh-puluh tahun, kasus kekerasan seksual dan pemerkosaan tidak terungkap karena korban yang trauma. Situasi baru berubah setelah salah seorang korban memberanikan diri dan menyuarakan keadilan untuk para korban.

Namun permintaan maaf tersebut tidak diterima oleh Kim Sun-ok, salah seorang korban perkosaan yang dilakukan seorang penginterogasi terhadapnya pada 1980.

"Saya tidak mendengarkannya karena pengalaman traumatis saya. Kecuali mereka yang bertanggung jawab dibawa ke pengadilan dan dihukum, sejuta permintaan maaf tetap tidak akan berarti apa-apa," kata Kim, kepada AFP.

Baca juga: Duterte: Selama Ada Wanita Cantik, Maka Bakal Banyak Perkosaan

Kim menjadi salah satu korban kekerasan seksual yang akhirnya beranin bersuara atas apa yang dialaminya saat terjadinya aksi demonstrasi itu.

Dia sempat tampil dalam sebuah wawancara di televisi pada Mei lalu yang kemudian mendorong pihak berwajib untuk memulai penyelidikan dan akhirnya mengkonfirmasi adanya 17 kasus kekerasan seksual oleh pasukan militer.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com