Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Yitzhak Rabin, Penggagas Perdamaian Israel-Palestina

Kompas.com - 06/11/2018, 20:37 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Yitzhak Rabin merupakan Perdana Menteri Israel yang menjabat dua periode, antara 1974-1977, dan 1992 hingga terbunuh di 1995.

Namanya dikenal karena menggagas proses perdamaian dengan Palestina, yang menghasilkan Perjanjian Oslo yang ditandatangani pada 1993 dan 1995.

Kebijakannya untuk merangkul Palestina mengantarkan Rabin meraih penghargaan prestisius Nobel Perdamaian pada 1994 bersama Pemimpin Palestina Yasser Arafat serta rival politiknya, Shimon Peres.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari politisi yang pernah menjadi menteri pertahanan saat Intifada Pertama tersebut.

Baca juga: Muslim dan Yahudi Bersatu dalam Solidaritas Lingkaran Perdamaian di Oslo

1. Masa Kecil
Rabin lahir pada 1 Maret 1922 di Yerusalem, Mandat Palestina, dan merupakan anak dari pasangan Nehemiah dan Rosa Cohen.

Keluarga Rabin merupakan Third Aliyah, atau gelombang kaum Yahudi yang melakukan migrasi dari Eropa menuju Palestina.

Rabin tumbuh di Tel Aviv ketika keluarganya pindah ke sana saat dia berusia satu tahun. Di 1928, dia masuk Sekolah untuk Anak Pekerja Tel Aviv (Tel Aviv Beit Hinuch Leyaldei Ovdim).

Sekolah itu mengajarkan murid-muridnya pertanian dan juga Zionisme. Rabin memperoleh nilai baik, dan lulus pada 1935.

Setelah lulus, dia masuk sekolah pertanian di Givat Hashlosha. Di usia 14 tahun pada 1936, Rabin bergabung bersama kelompok paramiliter Yahudi bernama Haganah.

Dia menerima pelatihan militer pertamanya seperti menembakkan senjata maupun bertahan, dan masuk pergerakan muda Sosialis-Zionis HaNoar HaoVed.

Setahun berselang, Rabin masuk SMA Pertanian Kadoorie di mana dia sangat bagus dalam ilmu pertanian, namun membenci bahasa Inggris yang disebutnya "bahasa musuh".

Impiannya adalah menjadi insinyur irigasi. Namun ketertarikannya akan militer membesar ketika Pemberontakan Besar pecah padsa 1938.

Seorang sersan Haganah bernama Yigal Allon melatih Rabin dan simpatisan lainya di Kadoorie hingga Agustus 1940.

Karena pemberontakan itu, Inggris memutuskan menutup Kadoorie. Rabin mengikuti Allon dan menjadi tentara di kibbutz Ginosar hingga sekolahnya dibuka kembali.

Baca juga: Umat Muslim Norwegia Buat Pagar Betis Jaga Sinagoge Oslo

2. Karir Militer
Di 1941 saat berlatih di Ramat Yohanan, Rabin bergabung bersama pasukan elit Haganah, Palmach, berkat pengaruh Allon.

Operasi pertamanya adalah membantu invasi yang dilakukan Inggris ke Lebanon dan Vichy Perancis Suriah dari Juni sampai Juli 1941.

Setelah Perang Dunia II berakhir, relasi Palmach dengan Inggris merenggang sejak penanganan London terhadap migran Yahudi.

Pada Oktober 1945, Rabin bertanggung jawab melaksanakan operasi untuk membebaskan migran yang ditempatkan di pusat penahanan Atlit.

Inggris lalu melaksanakan Operasi Black Shabbat di Permukiman Yahudi Mandat Palestina. Rabin ditangkap dan dipenjara selama lima bulan.

Baca juga: Yasser Arafat, Pemimpin Palestina yang Tak Bisa Dibunuh Israel

Pasca-dilepaskan, dia naik pangkat menjadi komandan batalion kedua Palmach sebelum dipromosikan sebagai Kepala Perwira Operasi Palmach Oktober 1947.

Ketika Perang Arab-Israel pecah di 15 Mei 1948, Rabin menjadi komandan Brigade Harel, dan memimpin operasi melawan pasukan Mesir di Negev.

Dia dilantik menjadi wakil komandan Operation Danny, misi skala besar yang melibatkan empat brigade Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Operasi itu merebut kota Ramle dan Lydda, dan membuat sekitar 70.000 populasi Arab di sana diusir dalam surat perintah yang ditandatangani Rabin.

Setelah itu, Rabin dipromosikan menjadi Kepala Operasi Front Selatan dan berpartisipasi dalam pertempuran mayor seperti Operation Yoav dan Operation Horev.

Di awal 1949, dia menjadi bagian delegasi Israel yang membahas gencatan senjata dengan Mesir di Pulau Rhodes, dan menghasilkan Perjanjian Gencatan Senjata 1949.

Antara 1956-1959, dia menjadi Kepala Komando Utara. Sebelumnya pada 1953, dia lulus dari perguruan staf Inggris.

Di 1964, dia dilantik sebagai Kepala Staf IDF oleh Levi Eshkol yang menggantikan David Ben-Gurion sebagai PM sekaligus Menteri Pertahanan.

Di bawah kepemimpinannya, IDF menuai sejumlah kemenangan melawan Mesir, Suriah, dan Yordania dalam Perang Enam Hari di 1967.

Baca juga: Pejabat Palestina Kecam Rencana Brasil Pindah Kedubes untuk Israel ke Yerusalem

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com