MANILA, KOMPAS.com - Seorang kolonel polisi yang masuk dalam daftar hitam pengedar narkoba bikinan Presiden Rodrigo Duterte tewas dalam baku tembak.
Kepolisian Filipina, Selasa (6/11/2018), menjelaskan bahwa baku tembak itu terjadi dalam sebuah operasi pemberantasan narkoba.
Kepolisian menambahkan, Santiago Rapiz, seorang perwira polisi di kota Dipolog, wilayah selatan Filipina, masuk dalam daftar 6.000 tersangka pengedar narkoba.
Baca juga: Duterte: Perang Filipina Melawan Narkoba Masih Jauh dari Selesai
Daftar itu disusun pemerintahan Presiden Duterte setelah dia meluncurkan kampanye perang melawan narkoba setelah memenangkan pilpres 2016.
Rapiz menjual metamfetamin seharga 50.000 peso atau sekitar Rp 14 juta kepada seorang polisi yang menyamar di Dipolog, Senin (5/11/2018).
"Terjadi kejar-kejaran singkat dan saat dia terpojok, Rapiz menembaki petugas kami," kata Romeo Caramat, kepala gugus tugas kontra-intelijen Kepolisian Filipina.
Selain menjual narkoba, lanjut Caramat, Rapiz juga dituduh melindungi para bandar dan terlibat dalam penjualan barang-barang haram tersebut.
Sejak perang melawan narkoba dikobarkan Duterte sejak 2016, hampir 5.000 orang kehilangan nyawa.
Baca juga: Filipina Berencana Bawa Perang Melawan Narkoba ke Lingkungan Sekolah
Sejumlah kelompok pembela HAM mengatakan ribuan orang itu tewas dieksekusi dalam upaya pemerintah memberantas peredaran narkoba.
Namun, kepolisian menepis tuduhan itu dan menegaskan ribuan orang itu tewas dalam baku tembak karena mereka melawan saat hendak ditangkap.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.